Rabu, 04 September 2013

Generasi Yang Cinta Kesesatan



Oleh: Robertus nauw

Agama bagi Manusia membuat manusia menjadi egois daripada mengembangkan cinta kasih dan persahabatan manusia mengasingkan cinta kasih itu kedalam ego pribadi yang sulit di bongkar. Manusia sudah terpecah ke dalam individu yang murni egois yang mengejar kepentingan egoisnya membuat luka semua unsur lain yang saling terkait dalam membangun sebuah kebaikan bersama bagi semua yang nantinya membuat macet dalam diri pribadi tuk malas berbaur. Tidak percaya, namun Dengan percaya diri tanpa melihat siapa yang berpotensi dalam masalah ini, kita akan meningkatkan kualitas personality. Dengan kenaikan personality kita, maka kita juga akan menaikkan kualitas 'relationship' secara otodidak (belajar sendiri).
Seorang pemimpin yang memulai dari bawah, kemudian terus naik sampai ke tingkatan tertentu di bidangnya, tidak hanya berhubungan dengan orang-orang di bawahnya. Lebih dari itu, ia juga akan meningkatkan kualitas networkingnya ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih luas.
Ia akan terlibat dengan orang-orang yang juga lebih tinggi kualitasnya, lebih tinggi keahliannya, dan lebih baik tingkat percaya dirinya. Dengan itu, percaya dirinya akan makin meningkat. Dan dengan itu semua, peluang keberhasilannya juga akan meningkat. Dengan percaya diri, kita akan bertemu dengan orang yang lebih menyenangkan, orang yang lebih baik kualitasnya, orang yang lebih terdidik, orang yang lebih memberi kesempatan dan peluang, orang yang lebih menarik, dan orang yang lebih nikmat bagi kita untuk berhubungan dengan mereka.
Ada istilah 'hukum korespondensi', yang mengatakan bahwa 'dunia luar' di luar diri kita, adalah sebuah cermin sempurna dari 'dunia dalam' di dalam diri Anda. tabah dan belajar sendiri harus dimulai dari dalam. Dan jika kita berhasil memperbaiki kualitas 'dunia dalam' kita, maka 'dunia luar' akan mengikutinya. Jika kita sukses dengan berhasil, maka kesuksesan juga akan terjadi pada 'dunia luar'. Jika kita berhasil maka kita berpeluang besar untuk meraih keberhasilan dalam kehidupan diri pribadi, kehidupan sosial, kehidupan pendidikan. Keberhasilan meraih percaya diri, berarti keberhasilan meraih kontrol terhadap temperamen pribadi. Itu berarti, Anda juga punya peluang besar untuk mengontrol temperamen. bukankah Tuhan itu maha adil memfirmankan Indahnya bulan ada di hati kita,   Pemandangan langit dan lautan luas beserta bintang gemintang, ada di mata kita. Batasannya pun, tergantung kualitas penglihatan, Panasnya terik matahari dan api, ada di Jika Anda punya kontrol terhadap temperan diri, maka Anda pantas mengontrol temperamen dunia dan seisinya. Ramah atau tidaknya dunia ini, kita sendiri yang menentukannya.
Untuk mencapainya, mulailah dengan mempercayai diri kita sendiri. Tuhan telah  tenciptakan kita dengan sempurna, dan Ia menginginkan kita mempercayai hal itu, secara alami kita sudah percayai akan Allah sendiri. Percayalah bahwa setiap hambatan, hampir bisa dipastikan datang dari dalam diri sendiri. Setiap hambatan akan men-sabotase dengan mencegah diri kita dari mengambil tindakan. Tindakan adalah segala aktivitas yang membuat hidup kita menjadi lebih baik. Resep keberhasilan adalah tindakan, dan untuk bisa bertindak, kita perlu percaya. Untuk  bangkita menata jiwa yang terluka Mengoyak paksa nurani Kita tetap suarakan perjuangan Walau aku tau tak terdengar Tanpa di undangpun kematian pasti dating, Ibarat karma ataukahn ini ulah dari kebodohan Seperti bom waktu kita dikucil. Kalau kita boleh mengeluh, kenapa tidak? Jalan masilah jauh, maka seuh itu pula kita terus mengeluh!  Dunia kita satu, kepercayaan kita pun satu, apalagi diikat dengan aliran gereja yang sama  kenapa kita tidak bersatu. Ini bukan pertanyaan yang harus dijawab ini hanya prolog yang harus dibahasakan.
Hatiku sedang gunda Rasanya ingin menjadi pemberontak Satu lagi sejarah air mata, yang lahir di tempat yang tak perlu ada air mata. Wadah perhimpunan pemuda Gereja harus jadi  mata air. Namun faktanya omong kosong. Ah.....Aku bosan, terus bersuara tentang perubahan bagi generasi muda namun tak didengar, kalau pun didengar tidak diiterpretasikan. Lumpur kebosanan ini Lantas aku mencari yang lain seperti kaum shopia, Gorgafob, Pyrhos, Plato, Karl Marx atau Marten Luter yang menentang ajaran manusia dalam beragama tanpa menentang Tuhan Allahnya sendiri?  Ah...sekali lagi aku bosan, berpikir terus namun terbunuh di alam pikir.   lebih baik aku berTuhan tanpa agama, toh lagian tak ada yang bisa merasionalkan Tuhan dalam agama itu sendiri, kalaupun kamu bisa tolong berpikir bersamaku tentang hal konyol seperti ini “ Tuhan Apa Agama Mu?”  Aku maniak kaum “Shopya”  yang menganut paham Nihilisme yang dasar pijaknya meragukan kebenaran dan menganggapnya tidak ada.
Gereja saat ini gagal mengajarkan tentang hal kebaikan, karena semua jemat dari  konteks pemuda belum berhenti menipu untuk mencari simpati, atau saling Membunuh dalam ajaran fanatisme yang sesat, atau mungkin saat ini kita disesatkan oleh orang-orang yang juga tersesat dari jalan berpikir. Kalo memang tidak, tersesat mengapa generasi muda penerus gereja lebih khusus di tinkal lokal tak ada yang secerdas pemuda zaman dulu seperti Yosua, Daud dan tokoh-tokoh muda angkatan lainnya. Namun saat ini kita lebih bangga karena lebih dalam konteks yang negatif, menonjolkan egoisme, bekerja hanya untuk mencari pengakuan manusia, menipu untuk urusan semu bahkan pemuda itu sendiri terlibat dalam segala maca analisir dan politisir pemuda dalam hal ekonomi, politik, sosial dan agama tinggal iman (nurani) saja yang belum di politisir oleh pemuda, kalo sampe hal ini sudah dipolitisir biarkan jiwa pemuda mengelayut dan beterbangan seperti kapas-kapas di langit seperti tanpa iman, tidak mampu menjadi teladan, atau membangun semangat dan ketabahan, mempengaruhi dan memberikan dorongan dari belakang, selalu waspada mengawasi serta sanggup dan berani memberi koreksi, dapat menetapkan skala prioritas, sederhana,mempunyai sikap loyal, terus terang ,siap untuk proses regenerasi.
Itu karena pemimpin dari kalangan pemuda tidak memimpin dengan visi. Mereka memperoleh gagasan dan membagikannya kepada yang lain, dengan penuh harapan sambil berinteraksi dengan Allah. Kadang kala gagasan itu merupakan gambaran mental dari suatu masa depan yang mungkin yang didasarkan pada prinsip‑prinsip Alkitab dan digabung dengan imajinasinya. Gagasan inilah yang menggairahkan mereka dan mengisinya dengan hasrat yang membara. Mereka ingin orang lain melihat apa yang mereka lihat dan menyatakan betapa pentingnya gagasan itu. Seorang pemimpin tidak selalu mengembangkan suatu visi yang baru dan unik, tetapi bisa mengambil dari visi orang lain. Beberapa penelitian menyatakan bahwa pemimpin yang terbaik tidak selalu merupakan orang yang paling kreatif dalam kelompoknya, meskipun memang kenyataannya kreatif mereka berada di atas rata‑rata.
Apakah visi seorang pemimpin itu asli atau dari orang lain tidaklah begitu penting. Pemimpin yang baik menggunakan banyak cara untuk mengkomunikasikan visi mereka, menggandeng gambaran masa depan dengan realitas masa lalu, dengan menunjukkan bahwa gagasan itu lebih baik dari pada tidak bertindak apa‑apa (status quo). Mereka dapat menjelaskan apa yang terutama dalam visi itu sehingga mereka rela menderita karenanya.
            Apakah kau setuju denganku, Semoga saja! Jika tidak  sepakat mungkin ini kamuflase dari penulis secara pribadi. Namun kita tetap sepakat dalam dunia ide, karena sepakat itu sendiri adalah benar. dan definisi benar itu lalui proses kesepakatan bersama. SEMOGA