Oleh: Robertus Nauw *
Semua pemberitaan media lokal di Kota Sorong pada
Edisi Kamis, 12 September 2013 kemarin mengulas dinamika politik menuju Kabupaten
Maybrat yang damai, seakan membawa secerca harapan bagi rakyat untuk melihat, elit
maybrat bersatu hati dan satu tujuan membangun. Sungguh
kemahakaryaan Tuhan yang tak mampu diselami dan dimaknai dengan ilmu dan
pengetahuan. Orang Maybrat jangan perna
melupakan nubuatan ini, nubuatan yang lasim disebut Theo Fani oleh orang Maybrat yakni Penampakan Tuhan Semesta Alam Adalah Elohim (Allah) Israel, Kepada Rasul Maybrat, Ruben Rumbiak 21 Oktober
1951 “Aku
Adalah Alfa Dan Omega” Menyampaikan Kepada Hambaku, Ruben
Rumbiak Sampaikan Kepada: Abraham
Kambuaya, Simon
Isir, Piter
Howay, Markus
Salosa, Habel
Tamunete. Bahwa
“Pemuda-Pemudinya
(Daerah Ayamaru, Aitinyo, Aifat) Nanti setelah: 10 tahun, 15 tahun, 25 tahun
dan 30 tahun Akan Menjadi
Manusia-Manusia Pembangun Di New Guinea.” tetap Peliharalah: Kesatuan, Kerendahan
Hati, Kasih Dan Kehormatan Kepada Semua Orang. Karunia Tetap Menjadi Milik
Turun-Temurun (Sumber kutipan: Renungan
hotbah ev. Marthen Su, S.Th, hal 1, 2012)
Semua suku bangsa di bumi ditetapkan batas-batas
wialayah sebagai tempat tinggalnya samahalnya dengan masyarakat suku maybrat
dengan anak-anak sukunya maybrat, mayte, maymaka dan meyah yang suda ditetapkan
oleh Tuhan Elohim menempati daerah tengah-tengan pegunungan kepala burung yang
kemudian dikenal dengan ru mana dalam
bahasa maybrat dan sekaligus diberikan hikmat untuk memelihara lingkungan alam
sekitar untuk mempertahankan hidup, dengan menjalankan suatu yang diakui dan
dipatuhi dan dikembangkan serta dipertahankan secara turun-temurun, oleh warga
masyarakat asli yang hidup di wilayah adat maybrat yang terikat dan tunduk
kepada adat.
Tulisan kali ini, tidak ada niat menyuburkan
pertikaian di negeri ra bobot tersebut, karena penulis hanya mencoba berbagi
pikiran kepada sesama anak negeri, yang terpinggir dan selama ini merasa tidak ada
damai di sana, di negri leluhur (maybrat)
pasca pilkada. ini seruan generasi muda bahwa badai pertikaian harus
diakhiri demi sebuah generasi emas maybrat yang penuh harapan, 20 tahun
mendatang. Mengingat maybrat adalah sebuah kabupaten pemekaran baru dari
Kabupaten Sorong, dibentuk berdasarkan undang-undang Nomor 13 Tahun 2009
tentang Pembentukan Kabupaten Maibrat di Provinsi Papua Barat, yang selama ini
ramai diperbincangkan diseantero tanah papua soal polemik yang tidak seimbang .
Penulis tidak mengkaji hal ini dari sisi politik tetapi
dari sisi panggilan Tuhan. Betapa sadarnya penulis bahwa, politik adalah
perilaku dasar kehidupan sosial masyarakat adat dan komunitas masyarakat adat dalam
mempertahankan klannya, akan dilakukan secara politik dan budaya. Dalam
kerangka kesosialan masyarakat maybrat adalah dimensi politis yang sudah
mengenal lingkaran kelembagaan, sistem-sistem nilai, dan idiologi yang
memberikan legitimasi sebagai individu namun individu itu tidak bisa
hidup dan berkebang berdasarkan kemampuan dirinya semata namun membutuhkan
orang lain dan lembaga sosial lain, dengan ini ditandaskan bahwa mahluk sosial
itu berhakikat politis maka manusia pun sidebut makhluk politis. Itu artinya masyarakat
Maybrat telah berpolitik secara nyata lebih dulu dalam kehidupan sosial
bermasyarakat, membuat angka kesadaran politik masyarakat Maybrat sangat
tinggi.
Sangan memilukan hati di setiap generasi maybrat
apabila kita mengulas satu persatu permasalahan yang sekarang telah ada,
mengingat Demokrasi di Maybrat sangat khas karena itu semua orang mestinya
tunduk pada fatsun politik yang berlaku. Benar demokrasi membolehkan siapapun
untuk maju bertarung, asal masyarakat bisa hidup dalam damai dan hidup rukun
dan sulit untuk bisa diobok-obok siapapun, dengan cara jiwa besar dan apa yang
terjadi kita komitmen biarkan berlalu. Keliru jika dinamika di kabupaten
Maybrat, dijadikan cermin dari analisis sebuah realitas budaya dan menarik satu
hipotesis bahwa, telah hilangnya nilai sakral dari berbagai peninggalan leluhur
di negeri ra bobot terdahulu. Bahkan mengasumsikan bahwa ini satu kemunduran
politik, meurut penulis tidak apa, toh...namanya juga persepsi. Minimal kalau
bicara sakral mungkin ada kaitannya dengan semakin tingginya pendidikan
seseorang semakin rasional dalam berpikir, sehingga semakin sukar mengakui
sesuatu yang di luar akal sehat, akan tetapi minimal terhadap peradaban dan
budaya masa lalu perlu dihargai, sebab masa kini tidak akan mungkin ada tanpa
masa lalu. Semangat untuk membangun Maybrat harus didasarkan pada keinginan
untuk menghargi sejarah, lebih khusus sejarah adat dan agama khususnya masuknya
injil terang Tuhan di tanah ra bobot. Sebagai saran pemerintah harus mengambil apa
yang baik dari mereka, untuk membangun dan bukan malah membangun Maybrat dengan
ego antar para elit itu sendiri.
Yang perlu di bangun saat ini adalah budaya demokrasi
yang di bangun atas dasar kearifan-kearifan lokal dalam kepemimpinan yang
kedepankan kebersamaan. Sebuah pertanyaan yang sulit di jawab oleh setiap kita
sebagai masyarakat akar rumput, namun tetap digunakan oleh para elit. sentimen
emosional politik, Pujian, hujatan dan janji-janji merupakan pola lama atau
semacam spirit yang yang dipraktekkan oleh elit politik, di satu sisi tanah
Maybrat masih dikenal dengan negeri yang berbudaya tinggi, yang banyak
menyimpan sumber daya alam yang belum disentuh oleh tangan manusia, dan sumber
daya manusianya yang sudah teruji. Selain pujian mereka juga memberikan semacam
janji mereka akan melakukan proses percepatan pembangunan melalui proses
pendekatan ekonomi, kesejahteraan, keamanan, kesehatan dan pendidikan dan
pemberdayaan masyarakat, guna menghilangka keterisolasian agar tidak ada
perbedaan.
Mengingat masyarakat Maybrat adalah masyarakat yang mengkleim
diri mereka sebagai masyarakat berbudaya tinggi, minimal kalau bicara sakral
mungkin ada kaitannya dengan semakin tinggi pendidikan seseorang. Semakin rasional
dalam berpikir, sehingga semakin sukar mengakui sesuatu yang di luar akal
sehat, akan tetapi minimal terhadap peradaban dan budaya masa lalu perlu
dihargai. Sebab masa kini tidak akan mungkin ada tanpa masa lalu, semangat untuk
membangun harus didasarkan pada keinginan, untuk menghargi sejarah lebih khusus
sejarah adat dan agama yang dilakukan oleh leluhur kita. Berhenti memperpanjang
suasana yang korbankan rakyat, biar semua kita sebagai anak negeri mulai dari
ra bobot sampai ra kinyah kita Peliharalah:
kesatuan, kerendahan hati, kasih dan kehormatan kepada semua orang. karunia
tetap menjadi milik turun-temurun. Sebuah nubuatan
dan juga penggeapan rasul maybrat (jalan di atas air) adalah sebuah mahakarya Elohim yang tidak perna
disadari oleh semua kita untuk menjaga, pesan Tuhan lewat rasulnya, sebuah
penggenapan yang tidak ada di bumi selain dinegeri ra bobot ini, mari semua
satu hati satu tujuan bangun negeri maybrat tercinta, dengan berpijak pada
Injil sebagai Kekuata Tuhan, dan percaya dengan sungguh, penulis yakin badi dan
kekelaman ini pasti berlalu, Yakin Usaha Sampai. SEMOGA
(*)
Penulis adalah mantan relawan PSCS Kota Jayapura Papua