Selasa, 17 September 2013

Menanti Bara Maybrat Padam


Oleh: Robertus Nauw *


Semua pemberitaan media lokal di Kota Sorong pada Edisi Kamis, 12 September 2013 kemarin mengulas dinamika politik menuju Kabupaten Maybrat yang damai, seakan membawa secerca harapan bagi rakyat untuk melihat, elit maybrat bersatu hati dan satu tujuan membangun. Sungguh kemahakaryaan Tuhan yang tak mampu diselami dan dimaknai dengan ilmu dan pengetahuan. Orang Maybrat jangan perna melupakan nubuatan ini, nubuatan yang lasim disebut Theo Fani oleh orang Maybrat yakni Penampakan Tuhan Semesta Alam Adalah Elohim (Allah) Israel, Kepada Rasul Maybrat, Ruben Rumbiak 21 Oktober 1951 Aku Adalah Alfa Dan OmegaMenyampaikan Kepada Hambaku, Ruben Rumbiak Sampaikan Kepada: Abraham Kambuaya, Simon Isir, Piter Howay, Markus Salosa, Habel Tamunete. Bahwa Pemuda-Pemudinya (Daerah Ayamaru, Aitinyo, Aifat) Nanti setelah: 10 tahun, 15 tahun, 25 tahun dan 30 tahun Akan Menjadi  Manusia-Manusia Pembangun Di New Guinea.” tetap Peliharalah: Kesatuan, Kerendahan Hati, Kasih Dan Kehormatan Kepada Semua Orang. Karunia Tetap Menjadi Milik Turun-Temurun (Sumber kutipan: Renungan hotbah ev. Marthen Su, S.Th, hal 1, 2012)
Semua suku bangsa di bumi ditetapkan batas-batas wialayah sebagai tempat tinggalnya samahalnya dengan masyarakat suku maybrat dengan anak-anak sukunya maybrat, mayte, maymaka dan meyah yang suda ditetapkan oleh Tuhan Elohim menempati daerah tengah-tengan pegunungan kepala burung yang kemudian dikenal dengan ru mana dalam bahasa maybrat dan sekaligus diberikan hikmat untuk memelihara lingkungan alam sekitar untuk mempertahankan hidup, dengan menjalankan suatu yang diakui dan dipatuhi dan dikembangkan serta dipertahankan secara turun-temurun, oleh warga masyarakat asli yang hidup di wilayah adat maybrat yang terikat dan tunduk kepada adat.
Tulisan kali ini, tidak ada niat menyuburkan pertikaian di negeri ra bobot tersebut, karena penulis hanya mencoba berbagi pikiran kepada sesama anak negeri, yang terpinggir dan selama ini merasa tidak ada damai di sana, di negri leluhur (maybrat)  pasca pilkada. ini seruan generasi muda bahwa badai pertikaian harus diakhiri demi sebuah generasi emas maybrat yang penuh harapan, 20 tahun mendatang. Mengingat maybrat adalah sebuah kabupaten pemekaran baru dari Kabupaten Sorong, dibentuk berdasarkan undang-undang Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabupaten Maibrat di Provinsi Papua Barat, yang selama ini ramai diperbincangkan diseantero tanah papua soal polemik yang tidak seimbang .
Penulis tidak mengkaji hal ini dari sisi politik tetapi dari sisi panggilan Tuhan. Betapa sadarnya penulis bahwa, politik adalah perilaku dasar kehidupan sosial masyarakat adat dan komunitas masyarakat adat dalam mempertahankan klannya, akan dilakukan secara politik dan budaya. Dalam kerangka kesosialan masyarakat maybrat adalah dimensi politis yang sudah mengenal lingkaran kelembagaan, sistem-sistem nilai, dan idiologi yang memberikan legitimasi sebagai individu namun individu itu tidak bisa  hidup dan berkebang berdasarkan kemampuan dirinya semata namun membutuhkan orang lain dan lembaga sosial lain, dengan ini ditandaskan bahwa mahluk sosial itu berhakikat politis maka manusia pun sidebut makhluk politis. Itu artinya masyarakat Maybrat telah berpolitik secara nyata lebih dulu dalam kehidupan sosial bermasyarakat, membuat angka kesadaran politik masyarakat Maybrat sangat tinggi.
Sangan memilukan hati di setiap generasi maybrat apabila kita mengulas satu persatu permasalahan yang sekarang telah ada, mengingat Demokrasi di Maybrat sangat khas karena itu semua orang mestinya tunduk pada fatsun politik yang berlaku. Benar demokrasi membolehkan siapapun untuk maju bertarung, asal masyarakat bisa hidup dalam damai dan hidup rukun dan sulit untuk bisa diobok-obok siapapun, dengan cara jiwa besar dan apa yang terjadi kita komitmen biarkan berlalu. Keliru jika dinamika di kabupaten Maybrat, dijadikan cermin dari analisis sebuah realitas budaya dan menarik satu hipotesis bahwa, telah hilangnya nilai sakral dari berbagai peninggalan leluhur di negeri ra bobot terdahulu. Bahkan mengasumsikan bahwa ini satu kemunduran politik, meurut penulis tidak apa, toh...namanya juga persepsi. Minimal kalau bicara sakral mungkin ada kaitannya dengan semakin tingginya pendidikan seseorang semakin rasional dalam berpikir, sehingga semakin sukar mengakui sesuatu yang di luar akal sehat, akan tetapi minimal terhadap peradaban dan budaya masa lalu perlu dihargai, sebab masa kini tidak akan mungkin ada tanpa masa lalu. Semangat untuk membangun Maybrat harus didasarkan pada keinginan untuk menghargi sejarah, lebih khusus sejarah adat dan agama khususnya masuknya injil terang Tuhan di tanah ra bobot. Sebagai saran pemerintah harus mengambil apa yang baik dari mereka, untuk membangun dan bukan malah membangun Maybrat dengan ego antar para elit itu sendiri.
Yang perlu di bangun saat ini adalah budaya demokrasi yang di bangun atas dasar kearifan-kearifan lokal dalam kepemimpinan yang kedepankan kebersamaan. Sebuah pertanyaan yang sulit di jawab oleh setiap kita sebagai masyarakat akar rumput, namun tetap digunakan oleh para elit. sentimen emosional politik, Pujian, hujatan dan janji-janji merupakan pola lama atau semacam spirit yang yang dipraktekkan oleh elit politik, di satu sisi tanah Maybrat masih dikenal dengan negeri yang berbudaya tinggi,  yang banyak menyimpan sumber daya alam yang belum disentuh oleh tangan manusia, dan sumber daya manusianya yang sudah teruji. Selain pujian mereka juga memberikan semacam janji mereka akan melakukan proses percepatan pembangunan melalui proses pendekatan ekonomi, kesejahteraan, keamanan, kesehatan dan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat, guna menghilangka keterisolasian agar tidak ada perbedaan.
Mengingat masyarakat Maybrat adalah masyarakat yang mengkleim diri mereka sebagai masyarakat berbudaya tinggi, minimal kalau bicara sakral mungkin ada kaitannya dengan semakin tinggi pendidikan seseorang. Semakin rasional dalam berpikir, sehingga semakin sukar mengakui sesuatu yang di luar akal sehat, akan tetapi minimal terhadap peradaban dan budaya masa lalu perlu dihargai. Sebab masa kini tidak akan mungkin ada tanpa masa lalu, semangat untuk membangun harus didasarkan pada keinginan, untuk menghargi sejarah lebih khusus sejarah adat dan agama yang dilakukan oleh leluhur kita. Berhenti memperpanjang suasana yang korbankan rakyat, biar semua kita sebagai anak negeri mulai dari ra bobot sampai ra kinyah kita Peliharalah: kesatuan, kerendahan hati, kasih dan kehormatan kepada semua orang. karunia tetap menjadi milik turun-temurun. Sebuah nubuatan dan juga penggeapan rasul maybrat (jalan di atas air)  adalah sebuah mahakarya Elohim yang tidak perna disadari oleh semua kita untuk menjaga, pesan Tuhan lewat rasulnya, sebuah penggenapan yang tidak ada di bumi selain dinegeri ra bobot ini, mari semua satu hati satu tujuan bangun negeri maybrat tercinta, dengan berpijak pada Injil sebagai Kekuata Tuhan, dan percaya dengan sungguh, penulis yakin badi dan kekelaman ini pasti berlalu, Yakin Usaha Sampai. SEMOGA

(*) Penulis adalah mantan relawan PSCS Kota Jayapura Papua