Selasa, 27 Januari 2015

CATATAN DARI RIMBA

Oleh: Robertus Nauw

ternyata masih banyak anak-anak papua yang bertahan hidup dengan kesederhanaan, walaupun mimpi mereka untuk mengenyam pendidikan setinggih mungkin terpaksa kandas kerena persolan biaya, mereka terpaksa ditendang ke pinggir pojok kehidupan....
memilih sebagai buruh penarik kayu di belantara papua sebagai pelariaan dalam memupuk asa sebagai anak terdidik tak perna padam....

karena masih ada niat untuk kelak kembali mengenyam pendidikan, karena sebelumnya ada yang sempat kuliah hingga semester 4, 3 dan 2 di berbagai kampus di papua barat, ada pula anak-anak yang terpakasa berhenti kuliah karena orangtuanya (ayah) meninggal ada yang kabur dari ruma karena tekanan ekonomi...bahkan ada seorang pelajar di pedalaman maybrat (SMA Aitinyo) yang nekat ijin selama setahun hanya untuk mencari biaya pendidikan, 


bahkan ada banyak anak yang memang kedua orangtuannya sungguh-sungguh benar, telah pergi mendahului mereka menghadap yang kuasa.....sehingga mereka lebih memilih putus sekolah dan hidup dengan sederhana, di belantara papua, hidup tanpa lampu, kelambu, makanan yang cukup gisi...hanya untuk mencari uang untuk biaya sekolah adik-adik mereka, membahagiakan orangtua mereka bahkan istri mereka kelak....

menurut penuturan mereka pemerintah itu sama dengan penipu, hanya RRI Pro 2 sorong dan RR1 Pro 3 Jakarta sebagai teman setia bagi mereka kala malam, sesekali mereka memilih melaut dengan cara yang terbilang masih alami.....kerja di bawah tekanan waktu dan beban kerja yang terbilang berat, belum lagi kelakuan majikan asal bugis yang sedikit arogan tidak masalah semua demi hari depan yang penuh harapan, tanpa mengeluh,

mereka jalani dengan tabah dan menunggu segala sesuatu berakhir dan merekapun pulang....entah kapan !! biarlah rimba raya alam raja ampat (waywo) jadi saksi bisu...akan kisah anak negeri melawan tekanan ekonomi dan kerasnya kehidupan, kisah ini hanya sebagian dari kisah anak papua di belantara papuayang menangis dan meratapi hidup mereka....

melihat kesuksesan teman, keluarga dan kerabat mereka dalam pendidikan adalah semacam siksaan batin yang menyakitkan, sehingga tertawa dan tersenyum membujuk rimba tuk tidur adalah cara lain menekan rasa sedih, bahkan memilih pergi bersama embun dan pulang bersama malam sudah rutinitas dan sebuah kebahaagian tersendiri dalam menghibur diri dari penatnya hidup.....

untukmu saudara, bilau kau dapat sedikit ilmu dan sedikit kebahagiaan bersyukurlah, sebuah pesan yang dalam... saat saya berjumpa dengan sebagian anak-anak papua asal maybrat yang bekerja sebagai penarik kayu dengan upah mura di pinggiran raja ampat (waywo) belum lama ini.....BERSAMBUNG

(Waysai, 26 Januari 2016) Robertus Nauw dalam sebuah perjalanan,