Kamis, 17 Oktober 2013

Memburu Harapan!


"Kejujuran bisa dibohongi, tetapi kebenaran tidak bisa dibohongi."

Oleh, Abraham Goo

Dalam pidato kemerdekaan RI, Soekarno mengatakan bahwa wilayah kemerdekaan Indonesia adalah dari Sabang sampai Amboina.
"Klaim Irian Barat adalah bukan klaimnya Soekarno, Klaim Irian Barat adalah bukan klaimnya Indonesia, bahwa Indonesia merdeka adalah dari Sabang sampai Amboina." Sangat jelas.
Menjadi salah satu alasan orang Papua, yang terus memperjuangkan hak menentukan nasib sendiri. Sejarah telah membuktikannya, bahwa Papua bukan Indonesia, Indonesia bukan Papua. Selain sederet alasan konkret lain, seperti cacatnya PEPERA 1969, berbagai pembunuhan sistematis yang terus menghantui hidup Orang Papua dan lainnya.  
Selain Orang Indonesia/Melayu merusak tatanan hidup Orang Papua, mereka juga menutup ruang demokrasi Rakyat Papua.
Jika ada Orang Papua melakukan aksi damai berkaitan dengan Tanah Papua, dalam menuntut hak-hak mereka, orang-orang tersebut akan ditangkap, dipukul, bahkan ditembak mati.
Contoh. Kasus penembakan yang menewaskan satu orang pelajar dan dua diantaranya kritis, pada (23/09/2013) di Waghete, Kabupaten Deiyai.
Ini membuktikan bahwa ruang demokrasi Rakyat Papua dalam menuntut hak sebagai manusia masih dibungkam Negara Republik Indonesia. Dan bila tidak ada respon dari dunia internasional, ini sekalian membuktikan bahwa dunia tidak menghargai Hak Asasi Manusia Papua.
Kemudian, sangat mengherankan jika situasi Tanah Papua dipublikasikan oleh Indonesia bahwa aman-aman saja, sementara jurnalis Internasional dilarang meliput di Papua dan memotret realita hidup Rakyat Papua yang sebenarnya.
Indonesia selalu menjadi pintar berbohong kepada negara-negara lain di dunia, dengan alasan geografis dan keamanan di Papua kurang bagus.
Artinya, Indonesia takut masalah Papua diangkat menjadi isu penting yang harus segera dibicarakan, demi penuntasan akar masalah Papua.
Jika tidak demikian, percuma Indonesia dan negara-negara di dunia menghargai Hak Asasi Manusia, sebagai hak mendasar yang dimiliki setiap manusia, sementara Hak-Hak Rakyat Papua selalu dibungkam.
Sangat jelas, bahwa status Papua dalam Indonesia adalah illegal. PEPERA 1961 berjalan dengan penuh manipulasi, antara Indonesia dan Amerika, antara negara-negara penguasa saat itu.
Mengapa Indonesia begitu keras kepala mempertahankan Papua, sementara diskriminasi bahkan pembunuhan selalu ada untuk orang Papua?
Mungkin, karena Sumber Daya Alam Papua yang disebut-sebut sebagai kebanggaan Indonesia dan dunia? Entahlah. Akhirnya, itulah mungkin yang menjadi alasan mendasar Indonesia dan dunia mempertahankan Papua untuk dijajah.
Dalam realitas, Orang Papua dipaksa menjadi Indonesia, mulai dari bahasa, sampai tata cara hidup sehari-hari.
Jika masih ada orang Papua yang tidak sesuai dengan realita hidupnya Indonesia, maka mereka dianggap bodoh, tidak tahu apa-apa, masih terbelakang. Bahkan jika melanggar, akan dikenakan hukum-hukum tertentu yang sesuai dengan UUD 1945 Indonesia dan sekaligus menjadi aneh bagi rakyat Papua.
Apakah Indonesia benar-benar akan menjadi bangsa besar, sementara sejarah bangsanya tidak dihayati dan dihargai, dan tidak menghargai sejarah bangsa Papua? Artinya, mereka memanipulasi sejarah bangsa negara lain untuk dijadikan sejarah bangsa Indonesia, seperti sejarah Papua yang dimanipulasi.
Sangat keliru, jika Indonesia menganeksasi Papua menjadi bagian dari Indonesia berdasarkan sejarah. Karena sejarah dan realita Rakyat Papua berbeda dengan sejarah dan realita Indonesia.
Maka, penuntasan masalah Papua segera mungkin realisasinya.
Antara Jakarta dan Papua harus duduk membicarakannya berdasarkan kebenaran yang memang benar adanya. Ini semua harus dipikirkan bersama, demi kedamaian bagi kita semua, sebagai manusia yang menghargai Hak Asasi Manusia, sebagai hak mendasar kita, manusia, yang hakiki.
Abraham Goo, mahasiswa Papua, kuliah di Yogyakarta.

sumber: majalah selangkah.com