Oleh: Robertus Nauw
Bagaimanapun
di jegal oleh berbagai peraturan kampus, mahasiswa adalah sesuatu kekuatan
politik yang besar. Itulah sebabnya para elit kekuasaan memanfaatkan mahasiswa
untuk menjatuhkan penguasa, seperti jatuhnya soekarno pada tahun 1966. Soeharto
walaupun mengintimidasi mahasiswa dengan melrang mendirikan senat mahasiswa
yang yang digabung menjadi dewan mahasiswa, akhirnya pun jatuh juga oleh
kekuatan mahasiswa pada tahun 1998.
Mahasiswa,
merasakan betul bahwa mereka baru saja tamat sekolah menengah tingkat atas baik
dari sekolah umum maupun kejuaruan, begitu duduk di bangku perguruan tinggi,
terasa dunia milik mereka, apalagi dengan semangat membara ingin memperjuangkan
dan memenangkan kebenaran, ditambah oleh kuliah oleh dosen-dosen mereka yang
idealis. Dengan konsep yang tidak terlalu jelas mereka akan mengumandangkan
protes, demonstrasi dan tawuran kepada pemerintah yang dianggap korup,
dekadensi, tidak adil, biasanya disebabkan kenaikan yang juga mereka rasakan di
kampus-kampus, misalnya karena kenaikan SPP, dan lain sebagainya. Semangat
mereka tinggi walaupun dengan persiapan yang tidak terlalu matang. Untuk
sebagian mahasiswa, semakin ditonton oleh gadis-gadis cantik atapun pacar
mereka, semangat untuk demonstrasi semakin membara.
Kampus
memang tempat mimbar bebas yang mengawali seorang mahasiswa mengenal kehidupan
politik, kendati pun yang bersangkutan bukan dari jurusan ilmu politik atau
ilmu sosial lainnya. Berita-berita di koran yang yang memelas serta
memperihatinkan terasa dapat mereka perjuangkan dalam sekejap. Sehingga dengan
begitu mereka akan menjadi pahlawan. Semangat mahasiswa ini didorong pula oleh
fisiknya yang masih mantap, dan selama ini mereka mendengar masyarakat
mengidolakan mereka, terutama di daerah perkampusan para mahasiswa menempati
tempat yang disoroti umum, mahasiswa ini kemudia mempengaruhi masyarakat untuk
ikut dalam demonstrasi mereka.
Membuat
“Kekuatan politik bangsa ini bukan saja tertuju pada Partai politik, sebagai
salah satu dari infra struktur politik (organisasi politik) yang resmi seperti
partai politik, perkumpulan, buruh, tani, militer dan lain-lain. Tetapi ada
pula organisasi abstrak yang tidak resmi namun sangat menguasai keadaan sebagai
elit power, disebut juga dengan grup penekan (pressure group) seperti kelompok kesukuan, fanatisme keagamaan dan
dan kelompok tertentu yang berdasarkan almamater” (Inu kencana syafiie, 2005). SEMOGA