Kordinator
Kelompok Kerja Pemuda Tim Pemenang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD) Kab. Maibrat dari dapil 1 Yumasssess, Bapak Wempi Nauw, S.Sos sebagai Anggota
DPRD Periode 2014-2019. Mengatakan Bahwa Rakyat tidak pernah salah kalau mereka
miskin, bodoh, kelaparan, sakit-sakitan dan tidak mampu, yang salah bukan
masyarakat, melainkan pemerintah. dan Legislatif sebagai pemegang kekuasaan
atas masyarakat. Itu artinya negara dan para pejabatnya yang salah apabila
tidak becus memberikan ketenangan hidup, apalagi menjamin masa depan rakyatnya
untuk sejahtera.
“Kesenjangan
sosial yang mencolok dan masyarakat kecil terus merana dalam kubangan
penderitaan yang memilukan hati. Ibarat itik, mati kehausan di tengah air, agar
tidak sampai mati mari kita bertindak.”
Kata Robertus Nauw,
Kordinator Kelompok Kerja Pemuda Tim Pemenang Bapak Wempi Nauw, kepada SULUH PAPUA lewat press rilis, Minggu
(20/4/2014).
Ia
menambahkan bahwa masyarakat di Maibrat belum juga keluar dari konsep paradigma
lama, dimana untuk menjadi sukses orang maibrat harus dikuasai oleh roh
memiliki. Bila Anda ingin berhasil dalam mendapatkan pekerjaan dan kehidupan
yang layak, Anda harus memiliki kedekatan khusus dengan sistem. Karena tanpa
roh memiliki Anda tidak mungkin mendapatkannya.
“Sudah
budaya baru bagi para elit, tanpa memiliki hal-hal tersebut membuat masyarakat
kecil kehilangan keyakinan untuk berhasil, bahkan kehilangan jati dirinya
sendiri. Karena Roh memiliki telah menyesatkan banyak orang.” Tandasnya lagi.
Sejarah masyarakat kecil yang terabaikan, kian
mempertegas komitmen yang sungguh dari masyarakat asal kampung Nauwita, Kona
dan Suwiam untuk bangkit mengusung sosok seorang caleg yang berpihak kepada
kepentingan rakyat akar rumput kelak.
Hanya saja saya tegaskan sekali lagi, ada yang aneh dari
kemenangan ini.
Pertama, Ketua tim pemenang dengan pendidikan terakhir
SMA tidak tamat, kedua, Konsumsi untuk tim sukses hanya dari hasil kebun dan
hasil hutan serta hasil danau. Ketiga, Stiker dan selebaran hanya cetak hitam
putih oleh pemuda dengan biaya patungan sendiri. Keempat, Tidak ada tim
ahli atau pakar politik soal strategi
dan taktik dalam tim kerja kami
Kelima, Satu-satunya kampung di kabupaten maybrat yang
berani sepakat untuk mengutus 1 orang saja sebagai wakil ke DPRD kab maibrat,
untuk di menangkan.
Bukan hanya itu, utang dalam pilcaleg pun diselesaikan
oleh masyarakat dengan cara klasik yakni derma suka rela hingga mencapai Rp 29
juta. “kerja keras ini akhirnya menghantarkan wakil rakyat kami ke DPRD dengan
total 760 lebih suara, maka secara otomatis 4 kursi di dapil 1 Maibrat sudah
menjadi bagian kami dari partai demokrat Nomor Urut 3.
“hal selanjutnya yang kami lakukan adalah masyarakat dan
pemuda terus kawal hingga ke meja pengadilan jika kedapatan ada politik kotor
yang merugikan kandidat kami.” Ujarnya. (SS/R10)