Sabtu, 19 April 2014

Masyarakat 3 Kampung Di Maybrat Usung Wakil Rakyat Mereka Sendiri




                                                           
          Kordinator Kelompok Kerja Pemuda Tim Pemenang Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kab. Maibrat dari dapil 1 Yumasssess, Bapak Wempi Nauw, S.Sos sebagai Anggota DPRD Periode 2014-2019.  Mengatakan Bahwa Rakyat tidak pernah salah kalau mereka miskin, bodoh, kelaparan, sakit-sakitan dan tidak mampu, yang salah bukan masyarakat, melainkan pemerintah. dan Legislatif sebagai pemegang kekuasaan atas masyarakat. Itu artinya negara dan para pejabatnya yang salah apabila tidak becus memberikan ketenangan hidup, apalagi menjamin masa depan rakyatnya untuk sejahtera.
“Kesenjangan sosial yang mencolok dan masyarakat kecil terus merana dalam kubangan penderitaan yang memilukan hati. Ibarat itik, mati kehausan di tengah air, agar tidak sampai mati mari kita bertindak.”
Kata Robertus Nauw, Kordinator Kelompok Kerja Pemuda Tim Pemenang Bapak Wempi Nauw,  kepada SULUH PAPUA lewat press rilis, Minggu (20/4/2014).
Ia menambahkan bahwa masyarakat di Maibrat belum juga keluar dari konsep paradigma lama, dimana untuk menjadi sukses orang maibrat harus dikuasai oleh roh memiliki. Bila Anda ingin berhasil dalam mendapatkan pekerjaan dan kehidupan yang layak, Anda harus memiliki kedekatan khusus dengan sistem. Karena tanpa roh memiliki Anda tidak mungkin mendapatkannya.
“Sudah budaya baru bagi para elit, tanpa memiliki hal-hal tersebut membuat masyarakat kecil kehilangan keyakinan untuk berhasil, bahkan kehilangan jati dirinya sendiri. Karena Roh memiliki telah menyesatkan banyak orang.”  Tandasnya lagi.
Sejarah masyarakat kecil yang terabaikan, kian mempertegas komitmen yang sungguh dari masyarakat asal kampung Nauwita, Kona dan Suwiam untuk bangkit mengusung sosok seorang caleg yang berpihak kepada kepentingan rakyat akar rumput kelak.  
Hanya saja saya tegaskan sekali lagi, ada yang aneh dari kemenangan ini.
Pertama, Ketua tim pemenang dengan pendidikan terakhir SMA tidak tamat, kedua, Konsumsi untuk tim sukses hanya dari hasil kebun dan hasil hutan serta hasil danau. Ketiga, Stiker dan selebaran hanya cetak hitam putih oleh pemuda dengan biaya patungan sendiri. Keempat, Tidak ada tim ahli  atau pakar politik soal strategi dan taktik dalam tim kerja kami
Kelima, Satu-satunya kampung di kabupaten maybrat yang berani sepakat untuk mengutus 1 orang saja sebagai wakil ke DPRD kab maibrat, untuk di menangkan.  
Bukan hanya itu, utang dalam pilcaleg pun diselesaikan oleh masyarakat dengan cara klasik yakni derma suka rela hingga mencapai Rp 29 juta. “kerja keras ini akhirnya menghantarkan wakil rakyat kami ke DPRD dengan total 760 lebih suara, maka secara otomatis 4 kursi di dapil 1 Maibrat sudah menjadi bagian kami dari partai demokrat Nomor Urut 3.
“hal selanjutnya yang kami lakukan adalah masyarakat dan pemuda terus kawal hingga ke meja pengadilan jika kedapatan ada politik kotor yang merugikan kandidat kami.” Ujarnya. (SS/R10)