Oleh: Beni C.F. Bame (*)
Sejarah mencatat bahwa perang dunia ke dua yang
berkecambuk di Asia Timur Raya antara Jepang melawan Amerika
Serikat dan para sekutunya, diakhiri pada tahun 1945, dengan kemenangan di
pihak sekutu. Sementara itu, Jepang sebagai pihak yang mengalami kekalahan
membena diri lewat pendidikan, dimana Kaiser Jepang memerintahkan untuk
mengumpulkan para guru-guru yang masih hidup. agar segra berkumpul untuk
menyusun kembali strategi dan kuriklum pendidikan Jepang yang baru.
Di samping itu. bangsa dan negeri Jepang yang ambruk sebagai
akibat Peperangan dapat dibangun kembali melalui Pembangunan Pendidikan yang
ahkirnya menghasilkan ahli-ahli yang berkualitas tinggi di berbagai bidang
Pembangunan, bahkan Jepang menjadi Negara Industri terbesar di Asia.
Sehingga. Motifasi yang sama, pernah dialami oleh Amerika
Serikat ketika itu, dimana Neil Amtrong dan Juri Gararin dari Unisoviet
mendarat di bulan dengan Apolo 12 pada taggal 12-Juni 1969. Jhon F
Kenedy sebagai presiden Amerika Serikat ketiga itu, sangat terkejut dan
bertanya kepada guru-guru, apa yang kamu berikan kepada murid-murid kita di
sekolah? Guru-guru menjawab, jika Amerika Serikat ingin sampai di
bulan seperti Unisoviet maka anggaran terbesar dalam Pembangunan harus
diberikan kepada bidang Pendidikan. Serta, Hasil dari usulan tersebut
maka, Amerika Serikat menyusul untuk mendarat di bulan, bahkan Amerika
Serikatpun memiliki sumber daya manusia yang berkualitas diberbagai
bidang bahkan menjadi Negara Adikuasa di dunia sampai saat ini.
Dengan demikian. mempelajari pengalaman dan fakta sejarah
yang dialami oleh kedua bangsa di atas, maka saya menyadari sesungguhnya pendidikan merupakan sesuatu proses yang sangat
penting dalam kehidupan manusia dan salah satu jalan keluar bagi setiap
pribadi bahkan setiap bangsa untuk membebaskan diri dari belenggu; kebodohan, kemiskinan, dan keterbelakangan,
melalui pendidikan, seseorang dapat melengkapi dirinya dengan pengetahuan,
keterampilan, budi pekerti agar kelak dapat membangun dirinya sendiri.
Namun, kenyataan pendidikan di Papua Barat dari segi mutu
sangat memprihatinkan, penyebabnya adalah ; di pedalaman Papua Barat
banyak sekolah negeri maupun suasta yang tidak lagi beroperasi.
Di sampaing itu. Gedung-gedung sekolah dan murid-muridnya
ada, tetapi tidak ada guru, karena guru-guru jarang ada di daerah
pedalaman, mereka lebih memilih untuk tinggal berpoya-poya di kota tanpa
memikirkan tanggungjawabnya sebagai seorang pendidik. Yang menjadi
pertanyaan adalah: sampai dimana pengawasan pemerintah pusat, propinsi daerah,
kabupaten/kota sebagai penyelenggara pendidikan di seluruh Indonesia, juga
termasuk di propinsi Papua Barat?.
Untuk itu. saran saya adalah: dengan adanya pemberlakuan
Otonomi Khusus Propinsi Daerah, kabupaten/kota di Papua dan papua
barat, pemerintah pusata dan propinsi harus bentuk badan khusus
untuk melakukan kotrol secara rutin di setiap daerah kabupaten/kota. pemerintah
propinsi Papua dan sebagai penyelenggara pendidikan sangat baik
perhatiannya di bidang pendidikan, tetapi tanpak, sama saja menyediakan
fasilitas tetapi tidak menolong generasi penerus papua untuk memperlengkapi
dirinya sendiri.
Jadi, adanya pengawasan yang rutin, pendidikan di Papua
10-20 tahun yang mendatang pasti menciptakan dan mencetak generasi
penerus Papua Barat yang handal melalui pendidikan sehingga,
generasi Papua Barat masa akan mendatang memiliki sumber daya manusia
(SDM) yang berkualitas dan bias diandalkan sesuai yang kita
inginkan. sebab menurut hemat saya guna mengisi bangsa Indonesia
dan Papua Barat khususnya diberbagai bidang hanya dapat diperloleh
melalui pendidikan, baik pendidikan Formal, dan non formal.
Hal itu-pun juga bagian dari mendukung visi dan
misi Pemerinta Republik Indonesia, (RI) yang didukung oleh Pemerinta
Propinsi Papua dan Papua barat serta Pemerintah kabupaten/kota bahwa; salah
satu prioritas utama yang harus di lakukan atau diperhatikan oleh
Pemerinta serta seluruh komponen di Propinsi Papua dan papua barat serta Daerah adalah: Dibidang Pendidikan, dalam
rangka menuju masa depan rakyat Indonesia dan khususnya di tanah Papua yang mandiri dan sejahtera. Ingat ini
hal yang serius! Untuk di lakukan,
Jangan sampai bangsa papua puluhan dengan pendidikan di tahun yang
mendatang nanti, jedi sama seperti orang Indian di Amerika, atau orang-orang
Aborigin di Australia.
Oleh karena itu, mutu
pendidikan bukan di lihat dari nilai biaya yang membengkak melainkan, kualitas
yang harus menjadi nilai utama, dimana guru-guru yang ingin mengabdi di tanah
papua, harus royalis terhadapa pengabdiannya, bukan mengejarkan modal, apa
gunanya kalau kita mengejar modal, lalu kualitas pendidikannya tidak relefan.
Oleh karenanya, pemerintah di kabupaten
kota di Papua Barat segera memperbaiki sistem pendidikan sehingga, mutunya
kualita pendidikan berjalan dengan baik.
Penulis
adalah : Aktifis Perhimpunan Mahasiswa Katolik Repoblik Indonesia (PMKRI)
Cabang Jayapura, dan Ketuan BEM Jurusan Teknik Geologi Universitas Ottow
Geissler Jayapura.
(HP 0823 9942 0374)