Sabtu, 21 September 2013

Maybrat Kembali Membara Lagi !


Oleh: Robertus Nauw *  


Demokrasi di Kabupaten Maybrat Provinsi Papua Barat sangat khas, karena itu semua orang mestinya tunduk pada fatsun politik yang berlaku. Benar demokrasi membolehkan siapapun untuk maju bertarung secara fair play. Agar masyarakat Maybrat bisa hidup damai dan bisa hidup rukun dan sulit untuk bisa diobok-obok siapapun. Apa yang terjadi pasca Pilkada bahkan sampai sekarang ini, dimana ngototnya sebagian kandidat dengan melakukan cara busuk untuk mempertahankan kekuasaan, bahkan elit yang berusaha merubut kekuasaan, sangat rawan memicu polemik, Namun sebagai Bupati dan wakil bupati, bahkan semua elit perlu ingat bahwa, masyarakat Maybrat adalah masyarakat yang mengkleim diri mereka sebagai masyarakat berbudaya tinggi yang kental dengan adat dan istiadatnya.
Pemberitaan media lokal di Papua dan Papua Barat pada Edisi Kamis, 12 September 2013 kemarin mengulas dinamika politik di Kab Maybrat yang damai, seakan membawa secerca harapan. bagi rakyat untuk melihat elit maybrat bersatu hati dan satu tujuan membangun negeri ra bobot (bangsawan) tersebut. namun faktanya jalan terjal demokrasi di maibrat kembali terjadi, daftar panjang kegaduhan politik di kabupaten yang lahir dengan Undang-Undang No 13 tahun 2009 itu, terus bertambah penderitaan di masyarakat dengan kegaduhan pilitik para elitnya.
Sebut saja kasus pembacokan oknum pimpinan KPU Maybrat yang terhormat, di ruang kerjanya tahun lalu. Sejumlah kasus pembunuhan dan pengrusakan yang bermotif sentimen politik, dan aksi tandingan terkait polemik telak ibukota kabupaten maibrat adalah deretan masalah yang selama ini ada di internal elit, padahal lahirnya kabupaten ini untuk melihat pelayanan secara dekat didaerah-daerah yang selama ini tidak dapat pelayanan secara menyeluruh. fakta hari ini dilapangan pejabat maibrat hampir semua sibuk mencuri, anggota DPRD, KPU pun sibuk ribut soal proyek, makanya jangan heran kalau pejabat dan elit lokalnya punya segalanya mulai dari istri baru, rekening bagus, mobil baru sampai penyakit baru ada di sana, sementara masyarakat kecilnya terkatung-katung soal makan, kesehatan, penerangan serta infrastruktur jalan yang masih kacau balau. Bahkan, sentimen di tingkat para elit ini ikut merasuk sendi-sendi kehidupan dimasyarakat, karena setiap klen, suku dan keret, kampung dan distrik bersatu hanya dengan ego maibrat namun fakta hari ini, hancur berkeping-keping dengan kepentingan dan emosional politik yang kuat.
bahkan satu lagi akar permasalahan yang mendasar dimasyarakat hari ini adalah, kontrofersi terkait status kekosongan posisi sekertaris daerah kabupaten maybrat yang kurang jelas, bayangkan sejak kabupaten ini lagir tahun 2009 sampai dengan hari ini, kabupaten ini belum memiliki sekda definitif untuk mengendalikan tatanan pemerintahan, bias dari hal ini Senin, 16 September 2013 ribuan pencaker asal maybrat nasibnya tidak jelas soal kuota penerimaan CPNS, lagi-lagi berbuntut aksi protes yang meluas dari seluruh pencaker  asal kabupaten maybrat yang sampai dengan hari ini memalang kantor catatan sipil dan kependudukan, badan kepegawaian daerah kabupaten maybrat dan kantor sekretariat daerah kabupaten maybrat, sistem pemerintahan sangat ironi dan penuh dilema.
untuk itu seruan saya sebagai aktivis pemuda asal kabupaten maybrat meminta,
Saatnya semua elit maibrat kembali bersatu, semua persoalan ini belum terlambat. mari kita kembali kepada kearifan lokal, budaya dan agama yang perna ada dan hidup di maybrat, bertahun-tahun lamanya. masih ada kemahakaryaan Tuhan yang tak mampu diselami dan dimaknai dengan ilmu dan pengetahuan, dan orang pintar sekelas apapun. untuk itu saya menghimbau untuk suku maybrat dan empat anak-anak suku baik maybrat, maymaka, maite, dan meyah untuk jangan perna melupakan nubuatan ini. Nubuatan yang lasim disebut Theo Fani oleh orang Maybrat yakni Penampakan Tuhan Semesta Alam Adalah Elohim (Allah) Israel, Kepada Rasul Maybrat, Ruben Rumbiak asal Biak Papua, pada 21 Oktober 1951 Aku Adalah Alfa Dan OmegaMenyampaikan Kepada Hambaku, Ruben Rumbiak Sampaikan Kepada: Abraham Kambuaya, Simon Isir, Piter Howay, Markus Salosa, Habel Tamunete. Bahwa Pemuda-Pemudinya (Daerah Ayamaru, Aitinyo, Aifat) Nanti setelah: 10 tahun, 15 tahun, 25 tahun dan 30 tahun Akan Menjadi  Manusia-Manusia Pembangun Di New Guinea.” tetap Peliharalah: Kesatuan, Kerendahan Hati, Kasih Dan Kehormatan Kepada Semua Orang. Karunia Tetap Menjadi Milik Turun-Temurun (Sumber, Renungan hotbah ev. Marthen Su, S.Th,  2012)
Semua bangsa di bumi ditetapkan batas-batas wialayah sebagai tempat tinggalnya samahalnya dengan masyarakat suku maybrat dengan anak suku mayte, maymaka dan meyah yang suda ditetapkan oleh Tuhan Elohim menempati daerah tengah-tengan pegunungan kepala burung yang kemudian dikenal dengan ru mana dalam bahasa maybrat dan sekaligus diberikan hikmat untuk memelihara lingkungan alam sekitar untuk mempertahankan hidup, dengan menjalankan suatu yang diakui dan dipatuhi dan dikembangkan serta dipertahankan secara turun-temurun, oleh warga masyarakat asli yang hidup di wilayah adat maybrat yang terikat dan tunduk kepada adat.
Tulisan kali ini, tidak ada niat menyuburkan pertikaian di negeri ra bobot tersebut, karena penulis hanya mencoba memberi telahan kepada sesama anak negeri, yang terpinggir dan selama ini merasa tidak ada damai di sana, di negri leluhur (maybrat)  pasca pilkada. ini seruan generasi muda bahwa badai pertikaian harus diakhiri demi sebuah generasi emas maybrat yang penuh harapan. Maybrat adalah sebuah kabupaten pemekaran baru dari Kabupaten Sorong, dibentuk berdasarkan undang-undang Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pembentukan Kabupaten Maibrat di Provinsi Papua Barat, yang selama ini ramai diperbincangkan diseantero tanah papua soal polemik yang tidak seimbang .
Penulis tidak mengkaji hal ini dari sisi politik tetapi dari sisi panggilan Tuhan. Mengingat, politik adalah perilaku dasar kehidupan sosial masyarakat adat dan komunitas masyarakat adat mempertahankan klannya akan dilakukan secara politik dan budaya. Dalam kerangka kesosialan masyarakat maybrat adalah dimensi politis yang sudah mengenal lingkaran kelembagaan, sistem-sistem nilai, dan idiologi yang memberikan legtiimasi sebagai individu namun individu itu tidak bisa  hidup dan berkebang berdasarkan kemampuan dirinya semata namun membutuhkan orang lain dan lembaga sosial lain, dengan ini ditandaskan bahwa mahluk sosial itu berhakikat politis maka manusia pun sidebut makhluk politis. Itu artinya masyarakat Maybrat telah berpolitik secara nyata lebih dulu dalam kehidupan sosial bermasyarakat, membuat angka kesadaran politik masyarakat Maybrat sangat tinggi. Sangan memilukan hati di setiap generasi maybrat apabila kita mengulas satu persatu permasalahan yang sekarang telah ada, mengingat Demokrasi di Maybrat sangat khas karena itu semua orang mestinya tunduk pada fatsun politik yang berlaku. Benar demokrasi membolehkan siapapun untuk maju bertarung, asal masyarakat bisa hidup dalam damai dan hidup rukun dan sulit untuk bisa diobok-obok siapapun, dengan cara jiwa besar apa yang terjadi kita biarkan berlalu.
Keliru jika dinamika di kabupaten Maybrat, dijadikan cermin dari analisis sebuah realitas budaya dan menarik satu hipotesis bahwa, telah hilangnya nilai sakral dari berbagai peninggalan leluhur di negeri ra bobot terdahulu. Bahkan mengasumsikan bahwa ini satu kemunduran, tidak apa,  toh namanya juga persepsi. Minimal kalau bicara sakral mungkin ada kaitannya dengan semakin tingginya pendidikan seseorang semakin rasional dalam berpikir, sehingga semakin sukar mengakui sesuatu yang di luar akal sehat, akan tetapi minimal terhadap peradaban dan budaya masa lalu perlu dihargai, sebab masa kini tidak akan mungkin ada tanpa masa lalu. Semangat untuk membangun Maybrat harus didasarkan pada keinginan untuk menghargi sejarah lebih khusus sejarah adat dan agama (masuknya injil terang Tuhan di tanah ra bobot tersebut), sebagai saran pemerintah harus mengambil apa yang baik dari mereka untuk membangun dan bukan malah membangun Maybrat dengan ego antar para elit itu sendiri.
Yang perlu di bangun saat ini adalah budaya demokrasi yang di bangun atas dasar kearifan-kearifan lokal dalam kepemimpinan yang kedepankan kebersamaan. Sebuah pertanyaan yang sulit di jawab oleh setiap kita sebagai masyarakat akar rumput, namun tetap digunakan oleh para elit. sentimen emosional politik, Pujian, hujatan dan janji-janji merupakan pola lama atau semacam spirit yang yang dipraktekkan oleh elit politik, di satu sisi tanah Maybrat masih dikenal dengan negeri yang berbudaya tinggi,  yang banyak menyimpan sumber daya alam yang belum disentuh oleh tangan manusia, dan sumber daya manusianya yang sudah teruji. Selain pujian mereka juga memberikan semacam janji mereka akan melakukan proses percepatan pembangunan melalui proses pendekatan ekonomi, kesejahteraan, keamanan, kesehatan dan pendidikan dan pemberdayaan masyarakat dan banyak janji lainnya, guna menghilangka keterisolasian agar tidak ada perbedaan.
Namun ingat bahwa membangun masyarakat Maybrat  bukan dengan pujian, janji, intimidasi serta sentimen politik. Para elit jangan kembali menambah daftar panjang penderitaan di masyarakat, karena secara budaya orang Maybrat melihat janji sebagai hutang adat dan hutang adat bagi orang Maybrat adalah kewajiban adat yang mutlak dipenuhi. Sekalipun itu secara lisan saat orasi politik, Sangat erat kaitannya dengan budaya orang Maybrat masa lalu yang tekenal dengan budaya lisan. Jangan hanya merubah tanah dan orang Maybrat  dengan sentimen emosional tetapi rubahlah idiologi manusia maybrat dengan pembangunan manusianya yang seimbang. Contoh sederhana para elit harus melihat orang Maybrat  sebagai manusia, dengan pendekatan yang memanusiakan juga, nilai-nilai kemanusiaan diutamakan. Mengingat masyarakat Maybrat adalah masyarakat yang mengkleim diri mereka sebagai masyarakat berbudaya tinggi, minimal kalau bicara sakral mungkin ada kaitannya dengan semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin rasional dalam berpikir, sehingga semakin sukar mengakui sesuatu yang di luar akal sehat, akan tetapi minimal terhadap peradaban dan budaya masa lalu perlu dihargai, sebab masa kini tidak akan mungkin ada tanpa masa lalu. Semangat untuk membangun Maybrat harus didasarkan pada keinginan untuk menghargi sejarah lebih khusus sejarah adat dan agama yang dilakukan oleh leluhur kita.
kalau pada massa 50 an Tuhan pakai orang biak selamatkan orang maybrat, anehnya dimassa atau era paling moderen plus otsus ini, gubernur papua barat asal biak papua kok terkesan biarkan kegaduhan ini, berlarut-larut padahal sejah agama tahun 1951 sebagai dasar pijakan untuk memenangkan bapak gubernur yang terhormat 2 periode. itupun bertarung mengalahkan wakil maybrat sebagai titipan calon gubernur dan wakil gubernur beberapa tahun lalu, ini satu bukti sejarah bahwa orang biak papua dalam missi pelayanan rasul ruben rumbiak amat sangat dihargai di bumi ra bobot tersebut, sampai dengan detik ini. bertanggungjawab yang penulis maksudkan di sini, beliaud sebagai anak adat dan pemimpin di provinsi ini, paling tidak gubernur bisa mencari solusi yang kongkrit menyelesaikan masalah ini. Diakhir kepemimpinan beliau untuk selesaikan persoalan kegaduhan politik. Demi injil masyarakat kabupaten maybrat menanti gebrakan Bram-Katjong untuk mengakhiri, semua dinamika yang ada di maybrat.
Saran penulis tolong para elit berhenti memperpanjang suasana yang korbankan rakyat, biar semua kita sebagai anak negeri mulai dari ra bobot (bangsawan) sampai ra kinyah (rakyat kecil) kita Peliharalah: Kesatuan, Kerendahan Hati, Kasih Dan Kehormatan Kepada Semua Orang. Karunia Tetap Menjadi Milik Turun-Temurun. sesuai perjanjian theo fani 1951, karena nubuatan dan juga penggeapan rasul maybrat adalah sebuah mahakarya Elohim Israel yang tidak perna disadari oleh semua kita untuk menjaga, dan para elit maibrat yang merusak padahal pesan Tuhan lewat rasulnya, sebuah penggenapan yang tidak ada di belahan bumi lain selain dinegeri ra bobot ini, mari semua satu hati satu tujuan bangun negeri maybrat tercinta, dengan berpijak pada Injil sebagai Kekuata Tuhan yang memberi kemenangan dan kedamaian. SEMOGA

(*) Penulis Adalah Mantan Relawan PSCS Kota Jayapura-Papua