Minggu, 29 September 2013

Vanuatu Minta PBB Tunjuk Wakil Khusus Selidiki HAM dan Status Politik Papua

Vanuatu, MAJALAH SELANGKAH -- Vanuatu meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) segera menunjuk seorang Wakil Khusus untuk menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) dan status politik Papua.
Perdana Menteri Vanuatu,  Moana Karkas Kalosil pada Debat Umum Tahunan Majelis Umum PBB, 28 September 2013 menyatakan, PBB telah secara konsisten membantah pengakuan untuk Papua Barat.
"Kita sekarang berunding tentang masalah Suriah, tapi ketika datang ke masalah hak-hak rakyat Papua Barat, suara kami dimatikan bahkan dalam podium ini," Moana Karkas Kalosil pada forum itu seperti dikutip http://www.un.org, edisi 28 September 2013.
Lebih lanjut ia mengatakan, "Bagaimana kita kemudian mengabaikan ratusan ribu orang Papua Barat yang telah secara brutal dipukuli dan dibunuh? Orang-orang Papua Barat meminta PBB bertindak sebagai mercusuar harapan Mari kita, rekan pemimpin, dengan keyakinan moral yang sama menghasilkan dukungan kita terhadap penderitaan orang Papua Barat. Sudah saatnya bagi PBB untuk beraksi dan memperbaiki beberapa kesalahan sejarah."
Dikutip di media itu, Kalosil juga menyampaikan, bulan Mei, Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Navi Pillay menyuarakan keprihatinan atas tindakan kekerasan terhadap demonstrasi massa di Provinsi Papua yang menyerukan kepada Pemerintah Indonesia untuk memungkinkan protes damai dan meminta pertanggungjawaban mereka atas kekerasan yang terjadi.
"Belum ada transparansi yang memadai dalam menangani pelanggaran berat hak asasi manusia di Papua," kata Kalosil.
Moana Karkas Kalosil menegaskan, "Jelas dari banyak catatan sejarah, orang Melanesia di Papua Barat adalah kambing hitam politik perang dingin dan mereka dikorbankan untuk memuaskan nafsu atas sumber daya alam yang dimiliki bangsa ini."
"Hari ini mereka masih menjadi korban ketidaktahuan PBB," kata Moana Karkas Kalosil. (MS)