Senin, 07 Oktober 2013

Apa Kabar Koruptor ?

Oleh: Robertus Nauw 



Apa Kabar Koruptor, Barangkali itu adalah sepenggal kalimat yang kedengaran mengusik ketenangan para koruptor ditingkat elit lokal. Semoga saja kabar baik! Kita harus menaruh perhatian lebih pada kabar mereka salah satu faktor penyebab kemiskinan dan ketertinggalan rakyat marjinal hari ini, disebabkan oleh pemimpin kita yang korup, sehingga masyarakat makin marjinal karena hak mereka dicuri dan dipasung. Fenomena ketidakberdayaan rakyat selalu dijadikan lahan subur bagi koruptor, tetapi penolakan masyarakat terhadap korupsi dan pelaku koruptornya di daerah sangat lemah, padahal dengan pengawasan ekstra kuat, pemerintah akan bersih dari korup.
Apa karena masyarakat telah memberikan mandat pada lembaga pengawasan sekelas DPR di parlemen, sebagai representatif rakyat untuk mengawasi? Membuat masyarakat pesisimis dengan ulah koruptor, mengingat kinerja sebagian besar wakil rakyat sudah tidak dapat percaya. Harapan memiliki masa depan bebas dari tindakan elit yang menggunakan jabatannya menindas dan memiskinkan rakyatnya secara masif, guna memperkaya diri dan kelompoknya terbuka lebar. Sehingga harapan mewujudkan pemerintahan yang bebas dari korupsi di kota ini sebatas wacana, mengingat korupsi di daerah terus meningkat drastis baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
Kebobrokan di daerah pantas disesalkan karena pemberantasan kasus korupsinya terkesan lamban, sehingga mengakibatkan sistem ekonomi, politik, kekuasaan dan lapisan birokrasi seakan berasaskan kekeluargaan, kekuasaan hanya berputar pada kalangan terbatas, sehingga upaya pemberantasan korupsi sulit dibongkar secara tuntas dan menyeluruh. Semangat pemberantasan korupsi sampai ke daerah harus didukung penuh, guna membongkar kongkalikong kasus-kasus besar yang disimpan sebagai koleksi pribadi pihak penyidik, ini penting untuk meminimalisir lenyapnya kasus korupsi saat penyidikan di  tingkat polisi dan kejaksaan,  yang sering dikondisikan hilang dari konsumsi publik.  Keberhasilan pemerintah untuk memuaskan masyarakat terkait penanganan pemberantasan kasus korupsi dan pemberantasan kolusi sosial, berpulang pada masyarakat terdidik agar lebih kritis mencegah kejahatan dan memungkinkan untuk memutus matarantainya.
Pudarnya Gerakan Mahasiswa
Kampus adalah tempat mimbar bebas yang mengawali seorang mahasiswa mengenal kehidupan gerakan, kendati pun bukan dari jurusan ilmu politik atau ilmu sosial lainnya. Namun, dinamika konsistensi gerakan politik kampus kian mempertegas mahasiswa sebagai sesuatu kekuatan politik besar. Gerakan moral mahasiswa selalu menjadi alat yang cukup efektif, mengontrol kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada masyarakat. Apa yang diperjuangkan selalu berdasarkan pada target, tujuan dan orientasi yang jelas, yaitu, demi sebuah perubahan bagi rakyat dan tegaknya demokratisasi.
Namun, realitanya mahasiswa di daerah bergerak atas hasil seting politik yang dimainkan para elit (pemerintah, pengusaha, politisi), untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya. Para aktivis terjebak dalam pelacuran intelektual bersama para elit dalam pusaran kubangan kongkalikong, dalam merebut dan mempertahankan kekuasaan di daerah. Mahasiswa dimanfaatkan untuk kerja-kerja politik praktis, gerakan moral yang domotori mahasiswa lebih mencerminkan pertarungan antar elit, bahkan isu yang diangkat pun seputar isu elit, bukan lagi isu-isu yang menyentuh kepentingan masyarakat.  Bahkan, organisasi kampus dan ekstra kampus sudah terbagi ke dalam kelompok-kelompok elit, yang memiliki afiliasi politik tertentu dengan penguasa baik legislatif, eksekutif dan yudikatif. Berdampak pada konstalasi gerakan mahasiswa dalam mengawal kasus korupsi,  sangat menjijikan karena terkontaminasi dengan segala macam kepentingan elit lokal.
Gerakan anti korupsi di daerah akan nampak  jika dewa-dewa mereka tersandung kasus, lantas mahasiswa hadir dengan aksi mendukung maupun aksi tandingan untuk membela kepentingan elit mereka. Cermin gerakan mahasiswa benar-benar kehilangan arah, kehilangan target, dan orientasi sebenarnya,  mengingat perjuangan mahasiswa sudah tidak selalu pararel dengan kepentingan masyarakat. Mahasiswa berusaha berpisah dari masyarakat, padahal tanpa kepentingan  masyarakat gerakan mereka tidak akan berarti.  Sebab kepentingan masyarakat adalah alasan kekuatan utama, melakukan perubahan di negeri tercinta ini.
Mengingat aktivitas mereka dekat dengan elit lokal dan aksi mereka tergantung pada selera elit, mengakibatkan mahasiswa di daerah lahir dan besar dalam karakter yang di bangun para elit. Sehingga
mahasiswa bermental buruh, meminta-minta dengan konsep inelektual proposal mereka, bahkan berhenti sebagai mahasiswa penjilat demi materi. Padahal mahasiswa sendiri bukan kerbau, lantas selalu menurut.
Agar gerakan moral mahasiswa tidak mengalami kegamangan dalam mengawal penuntasan kasus korupsi di daerah, maka perlu adanya saling percaya antar mahasiswa dan masyarakat untuk mempertahankan isu bersama, bahkan perubahan fokus isu di daerah untuk di dorong bersama dan dikawal  hingga tuntas. Kalau gerakan mahasiswa terus terkontaminasi, bukan tidak mungkin gerakan moral mahasiswa tidak akan mendapatkan simpati dari masyarakat, karena tidak mempunyai bargaining position yang kuat terhadap pemerintah. Tentu akan berakibat buruk bagi perjalanan demokrasi selanjutnya.
Koruptor lokal di semua daerah kian mengancam bangsa ini, dengan terus menambah daftar penderitaan rakyat. Menggunakan modus korupsi yang sama, yakni korupsi berjamaah mengikuti tren koruptor elit di pusat. Bahkan, jauh lebih menakutkan ancaman elit lokal di daerah sebagian besar tidak disentuh hukum, karena upaya pemberantasan korupsi selalu saja berhadapan dengan banyak kepentingan. Tak jarang pemberantasan korupsi mendapatkan serangan balik dari pihak-pihak tersangka. Sejarah bangsa ini mencatat, setiap ada upaya pemberantasan korupsi di semua daerah selalu muncul counter attack dari para koruptor. Pertanyaannya, mampukah upaya pemberantasan korupsi konsisten menembus isu disintegrasi yang kuat membentengi para koruptor di Papua?
Untuk keluar dari masalah ini, kita harus mengakhiri dengan bergerak bersama dan saling merangkul, membongkar sendi-sendi dan tembok koruptor yang terpatri dengan rapih. Kita dukung lembaga independen untuk pemberantasan korupsi ditingkat daerah dan provinsi untuk bersinergi melakukan advokasi dan infestigasi mendalam soal dugaan penyakit kronis yan satu ini yang telah dan sedang menjajah dan bersemayam direlung hati para elit lokal  mulai dari Eksekutif dan Legislatif bahkan bukan tidak mungkin ditingkat Yudikatif, untuk dibongkar. Sampai kalau semangat ini tidak di dukung oleh semua kelompok penekan, maka rakyat di kota ini bersiap-siap untuk waspada, bersiap-siap untuk melarat, bersiap-siap untuk dininabobohkan karena semua koruptor elit di tingkat lokal hari ini, kemungkinan masih dalam keadaan yang baik-baik saja! Itu sudah hukum alam kalau koruptor kabar baik maka bukan tidak mungkin gerombolan pencuri yang lain, sehat walafiat pula. SEMOGA
(*) Penulis Adalah Mantan Relawan PSCS Kota Jayapura-Papua