Oleh:
Robertus Nauw
Memilih pemimpin yang memberi nilai bagi hidup dan
kehidupan, adalah tulisan
tentang sebuah tinjauan perspektif mengenai dinamika politik masyarakat akar
rumput di Papua Barat, lebih khusus politik masyarakat akar rumput di Kota
Sorong. yang mana penulis sudah
proyeksikan kepemimpinan walikota sekarang (Drs. Ec Lambert Jitmau) jauh
sebelum menjadi kandidat calon walikota, tulisan yang sempat terbit di Media Papua-Manokwari Edisi Jumat, 12 Agustus 2011 ini, perlahan menurut penulis mulai terbukti, membawa secerca harapan
kepada Primordial di akar rumput seperti para pengangguran, tukang ojek, tukang parkir, petani,
nelayan, penjual sayur, sopir taksi, buruh bangunan, tenaga kerja bongkar muat
atau buruh pelabuhan, tukang pemecah batu gunung, pekerja pasir dan lain sebagainya, yang penulis tidak sebutkan. Namun
isu-isu pembangunan saat ini masih akan tetap
menarik, walau itu dikalangan primordialisme dan marginal, tetapi ingat isu promordial dan marginal juga sesungguhnya
adalah bagian dari representasi kelompok terpinggir yang ingin diakui dalam
kontestasi politik lokal di Kota Sorong.
Karena pemimpin yang
berhasil adalah pemimpin yang menjaga dan meyakinkan publik dengan membangun Kota Sorong dan menjawabnya dengan
komitmen dan tindakan yang konkrit. problematika pembangunan daerah Kota Sorong
lebih pada solusi dan strategi pembangunan menuju kesejahteraan dan kemajuan
dalam hal ini untuk membangun Kota Sorong menjadi kota yang diinginkan.
Kia harus mengakui, kota sorong tidak punya kekayaan
dibawa peru bumi, tidak punya hutan sekelas kabupaten lain, apalagi pariwisata
alam yang menyaingi bahkan melebihi wisata bahari raja ampat, namun TUHAN
semesta alam adalah Allah Israel, tidak sedang tidur waktu menjadikan kota
sorong, kota yang menjadi pintu gerbang di ufuk timur. Sebagai pusat pelabuhan
bagi papua dan papua barat, dalam konteks sorong raya, harus juga diakui aktifitas
container yang ada di pelabuhan sorong, sesungguhnya hanya transit bagi daerah
sekitar seperi Raja Ampat, Bintuni, Sorong Selatan, Kabupaten Sorong, Kota
Sorong Dan Maibrat, sejumlah barang dan jasa milik kabupaten lain yang tidak
mungkin kapal kontainer dan kapal PELNI singgah disana.
Barangkali itu yang membuat Kota Sorong terkenal
dengan kota pelabuhan, dan juga pusing sebagai kota pelabuhan. (karena sampah
container) kota industri, kota jasa dan kota industri rumahan, semua demi mensejahterakan
warganya dari semua aspek baik pendidikan, kesehatan, pemenuhan kebutuhan dasar berupa
sandang pangan dan papan. Hal ini yg harus di prioritaskan dan pembukaan
lapangan kerja baru, bagi masyarakat untuk mengurangi jumlah warga miskin kota, terus menjadi suatu perenungan yang panjang bagi
pemimpinan.
Kota ini relatif kecil dan tidak luas (luasnya hanya 1.105 kilo
meter persegi) di banding kota-kota lain, dan tidak punya sumber daya apa-apa
(SDA). Maka yang dieksploitasi adalah sektor jasanya.
ini
adalah sebuah tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat dalam memilih sosok
pemimpin kemarin, pemimpin benar-benar memiliki visi yang kuat untuk menata pembangunan secara
cerdas dan dedikasi dengan menggunakan asas kebersamaan dengan seluruh komponen
masyarakat Kota Sorong. Mengarahkan pembangunan yang memacu kesejahteraan hingga
ke strata yg lebih baik, ini aset utama pembangunan Kota Sorong.
Sumber utama pembangunan Kota Sorong adalah sumber daya manusia sebagai andalan pembanunan bagai
mana strategi dan pola pemberdayaan? Apakah benar teori yang mengatakan karena
keterbatasan (kelangkaan sumber daya alam) itu yang mendorong mereka bekerja
keras dan cerdas, kalu teoti itu benar inilah yang sesungguhnya menjelaskan
bahwa masyarakat perlu bijak dalam mengambil pilihan. Apalagi masyarakat Kota
Sorong sangat heterogen dengan berbagai etnisitas seluruh nusantara dan
etnisitas seluruh Papua, aset utama pembangunan yang perlu di berdayakan
optimal oleh setiap pemimpin adalah jadikan masyarakat sebagai agen of defelopmen. Masyarakat harus di
jadikan sebagai subyek pembangunan, masyarakat Kota Sorong harus di bangun
dalam dimensi kualitatif agar produktif mandiri di atas kaki sendiri dan
menjadi subyek pembangunan, bukan manusia sekedar objek pembangunan.
Untuk itu, memberdayakan
masyarakat akar rumput dengan memberi modal usaha dengan bunga yang kecil,
meningkatkan dan mengembangkans sektor industri rumahan dan jasa dan membuka
lapangan kerja bagi pengangguran, untuk meningkatkan taraf hidup dan mencapai
kehidupan yang layak.
Semoga saja dengan keberhasilan kepemimpinan yang ada,
disektor bandara udara kota sorong tidak lama lagi di darati oleh penerbangan
Garuda Indonesia, ini adalah sebuah apresiasi penting yang harus kita berikan
kepada pemerintah, karena ikut mendorong pertumbuhan ekonomi dalam hal ini di sektro
jasa. Dan yang menjadi catatan penting saya soal kota pelabuhan, dalam hal ini
jasa container menurut saya. Pemerintah pusat perlu memberikan perhatian yang
serius untuk pengembangan pelabuhan di kota sorong, terlepas dari kontroversi 2
pelabuhan jasa terbesar yang ada di satu wilayah yakni kota sorong dan
kabupaten sorong, pemerintah pusat dan pemerintah daerah kabupaten sorong.
Sudah saatnya melakukan operasi pekerjaan yang berarti
di pelabuhan kontainer di kabupaten sorong, agar pemerintah pusat kembali
konsen dengan pengembangan pembangunan
pelabuhan kota sorong. Saran penulis pembangunan manusia dan buruh
disekitar pelabuhan adalah hal serius, realita har ini diapangan nasib buruh pelabuhan ibarat budak,
karena tidak ada perhatian berarti dari pemerintah. Baik keselamatan kerja,
upah kerja, jaminan kesehatan dan lain sebagainya. Nasib buruh hari ini ironis
karena para DPRD kota sorong asik mencuri dan tumpul soal pengawasan.
Hal ini harus diperhatikan Bukankah
KEKUASAAN adalah Anugerah Tuhan? karena atas Anugrah Tuhan dan amanat rakyat,
sehingga pemimpin itu ada. Atas dasar ini ketika kita berada di puncak
kepemimpinan kekuasaan maka jangan menjadi pemimpin yang sukses, akan tetapi
jadilah pemimpin yang memberi nilai bagi hidup dan kehidupan. Hidup adalah
menghidupkan kehidupan, wujutkan masyarakat Kota Sorong yang sejahtera
bersahabat dan dinamis, tidak percaya pada ekonomi Liberal yang merugikan
masyarakat kecil yang ada pemerintah perlu menginterfensi pada kemiskinan untuk
mengentaskannya secara intens dan cepat, namun tetap menghargai perbedaan. SEMOGA