Kamis, 10 April 2014

PETRONELA KAMBUAYA,S.Pd PIMPIN DPRD KOTA SORONG PERIODE 2014-2019








PILCALEG hampir usai, Petronela kambuaya, S.Pd diprediksi memimpin DPRD Kota Sorong, karena hamper di antero Dapil 2 Kota Sorong, perempuan yang dinobatkan menjadi mama bagi papua ini sudah menjadi momok dan ancaman bagi para calon baik dari kaum hawa maupun kaum adam. Kita tahu bahwa hasil yang diperoleh kelak adalah buah pengabdiannya yang memihak rakyat selama ini, efek dari walikota tidak terlalu dominan dalam hasil pilcaleg nanti karena, ini adalah hasil kerja keras dari ibu selama ini.
  
Mengingat beliau dan suami selama ini sudah sebagai pemimpin yang memberi nilai bagi hidup dan kehidupan, adalah tuisan tentang sebuah tinjauan perspektif mengenai dinamika politik masyarakat akar rumput di Papua dan Papua Barat, lebih khusus politik masyarakat akar rumput di Kota Sorong. Akhirnya wajah-wajah kandidat Calon anggota DPRD Kota Sorong mulai bermunculan, para calon rata-rata pendatang (muka) baru dan incomeben. Hal itu terlihat dari baliho mereka yang beberapa kali sempat juga muncul di jalan-jalan utama dan di tiap sudut Kota Sorong, Penulis pun yakin masih banyak calon lain yg di desas desus dan diisukan akan maju, para kandidat masih akan mungkin bertambah dan bisa juga ada yang gugur, bila melihat peta politik yang belum bisa diprediksi secara pasti. Karena itu, bagi yang ingin tahu kandidat resmi pimpinan DPRD dan anggota DPRD, tampaknya kita perlu bersabar sejenak sambil menanti proses-proses politik yang berjalan.

Mencermati kontestasi politik di kota sorong saat ini, nampaknya suara masyarakat suku Maybrat yang minoritas akan terpecah belah kerena lebih dari satu calon orang Maybrat yang maju. Saat ini saja politik saling klaim dengan basis-basis kandidat telah ramai diperebutkan setiap kandidat yang datang di masyarakat, selalu diatur pencitraannya sebaik mungkin. Karena itu kita pantas bingung, siapa figur orang Maybrat yang paling merakyat dan mewakili personifikasi politik orang Maybrat nanti?

Pertanyaan inilah yang harus dijawab para kandidat dalam pembuktiannya nanti. Primordial di masyarakat akar rumput (para pengangguran, tukang ojek, tukang parkir, petani, nelayan, penjual sayur, sopir taksi, buruh bangunan, buruh pelabuhan tenaga kerja bongkar muat atau buruh pelabuhan, tukang pemecah batu gunung, pekerja pasir dan lain-lain). masih akan tetap menarik, dan pemilihnya pun tidak berarti hanya berasal dari suku Maybrat. Banyak sekali di luar orang Maybrat yang akan tertarik dengan isu tersebut, banyak yang mempersepsikan isu seperti ini semata-mata primordialisme, tetapi ingat isu promordial juga sesungguhnya adalah bagian dari representasi kelompok terpinggir yang ingin diakui dalam kontestasi politik lokal di Kota Sorong.

Bila seorang pemimpin yang berhasil terpilih maka pekerjaan berikutnya adalah menjaga dan meyakinkan publik yang mulai membangun Kota Sorong dan menjawabnya dengan komitmen dan tindakan yang konkrit. problematika pembangunan daerah Kota Sorong lebih pada solusi dan strategi pembangunan menuju kesejahteraan dan kemajuan dalam hal ini untuk membangun Kota Sorong menjadi kota yang diinginkan (kota industri, kota jasa dan kota industri rumahan) untuk mensejahterakan warganya dari semua aspek penidikan, kesehatan, pemenuhan kebutuhan dasar berupa sandang pangan dan papan. Hal ini yg harus di prioritaskan dan pembukaan lapangan kerja baru, bagi masyarakat untuk mengurangi jumlah warga miskin kota. Kawal pemerintahan yang ada bersama bapak walikota sampai tuntas.

“Kota ini relatif kecil dan tidak luas (hanya 1.105 kilo meter persegi) di banding kota-kota lain, dan tidak punya sumber daya apa-apa (SDA). Maka yang dieksploitasi adalah sektor jasanya,” (Senate) ini adalah sebuah tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat dalam memilih sosok pemimpin yang benar-benar memiliki visi yang kuat untuk menata pebangunan secara cerdas dan dedikasi dengan menggunakan asas kebersamaan dengan seluruh komponen masyarakat Kota Sorong. Mengarahkan pembangunan yang memacu kesejahteraan hingga ke strata yg lebih baik, ini aset utama pembangunan Kota Sorong. Sumber daya manusia sebagai andalan pembanunan bagai mana strategi dan pola pemberdayaan? Apakah benar teori yang mengatakan karena keterbatasan (kelangkaan sumber daya alam) itu yang mendorong mereka bekerja keras dan cerdas, kalu teoti itu benar inilah yang sesungguhnya menjelaskan bahwa masyarakat perlu bijak dalam mengambil pilihan. Apalagi masyarakat Kota Sorong sangat heterogen dengan berbagai etnisitas seluruh nusantara dan etnisitas seluruh Papua, aset utama pembangunan yang perlu di berdayakan optimal oleh setiap pemimpin adalah jadikan masyarakat sebagai agen of defelopmen. Masyarakat harus di jadikan sebagai subyek pembangunan, masyarakat Kota Sorong harus di bangun dalam dimensi kualitatif agar produktif mandiri di atas kaki sendiri dan menjadi subyek pembangunan, bukan sekedar objek pembangunan.  

Untuk menjaga hal ini Pertama, basis politik masyarakat sebagai alat kontrol sosial harus di rekonstruksi kembali, memperkuat basis politik masyarakat sehingga masyarakat sadar untuk mengontrol dan ikut berperan dalam melakukan seleksi politik ditingkat daerah yang menjadi wilayah pemilihan. Kalau kontrol masyarakat kuat dan cerdas, dengan sendirinya orang-orang yang bermasalah akan tersingkir karena penentu akhir adalah rakyat itu sendiri. Sayangnya peran-peran politik rakyat sering ditinggalkan oleh elit-elit parpol, masyarakat sengaja dijauhkan dari akses politik, dan dibutuhkan hanya untuk kepentingan mobilisasi massa saja. Sementara proses pendidikan politik tidak dijalankan dengan semestinya, bahkan tidak jarang rakyat dijadikan komuditi politik untuk kepentingan sesaat. 

Kedua, pendidikan karakter yang total bagi pemuda. Pemuda adalah lambang kejayaan suatu daerah dan aset bagi bangsa. tentu benar, belum tentu karena hanya slogan. Pemudah hanya bermental buruh, pemuda tidak di beri ruang untuk berekspresi dan terlebih berhenti dengan mental mengemis dan penjilat. Harga diri mereka dijual belikan karena uang, yang pemuda rindukan adalah perubahan, walau perubahan itu hanya sebuah harapan dari setiap kita, namun jika itu sulit untuk dilakukan bersama. Maka biarlah kita pasrah dan terus berada dalam sebuah hegemoni yang dibangun oleh pemimpin kita yang mengatasnamakan Cinta pemuda namun tetap menambah daftar panjang penderitaan dan menjadi sebuah kejanggalan yang tak tersentuh. Pemuda sangat mengharapkan pemimpin yang mengebalikan jati diri pemuda. Lewat kesadaran itu semua ada di tangan pemimpin yang tidak hanya memberi ruang bagi pemuda dalam hal mengolah fisik, tetapi tidak mengolah otak. 

Ketiga, memberdayakan masyarakat akar rumput dengan memberi modal usaha dengan binga yang kecil, meningkatkan dan mengembangkans sektor industri rumahan dan jasa dan membuka lapangan kerja bagi pengangguran, untuk meningkatkan taraf hidup dan mencapai kehidupan yang layak. 

Bukankah KEKUASAAN adalah Anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa? karena atas Anugrah Tuhan dan amanat rakyat, sehingga pemimpin itu ada. Atas dasar ini ketika kita berada di puncak kepemimpinan kekuasaan maka jangan menjadi pemimpin yang sukses, akan tetapi jadilah pemimpin yang memberi nilai bagi hidup dan kehidupan. Hidup adalah menghidupkan kehidupan, wujutkan masyarakat Kota Sorong yang sejahtera bersahabat dan dinamis, tidak percaya pada ekonomi Liberal yang merugikan masyarakat kecil yang ada pemerintah perlu menginterfensi pada kemiskinan untuk mengentaskannya secara intens dan cepat, namun tetap menghargai pluralisme (menghargai perbedaan) SEMOGA.   
(*) Penulis adalah mantan Relawan PSCS Kota Jayapura Papua 2008