PILCALEG hampir usai,
Petronela kambuaya, S.Pd diprediksi memimpin DPRD Kota Sorong, karena hamper di
antero Dapil 2 Kota Sorong, perempuan yang dinobatkan menjadi mama bagi papua
ini sudah menjadi momok dan ancaman bagi para calon baik dari kaum hawa maupun
kaum adam. Kita tahu bahwa hasil yang diperoleh kelak adalah buah pengabdiannya
yang memihak rakyat selama ini, efek dari walikota tidak terlalu dominan dalam hasil
pilcaleg nanti karena, ini adalah hasil kerja keras dari ibu selama ini.
Mengingat beliau dan suami selama ini sudah
sebagai pemimpin yang
memberi nilai bagi hidup dan kehidupan, adalah tuisan tentang sebuah tinjauan
perspektif mengenai dinamika politik masyarakat akar rumput di Papua dan Papua
Barat, lebih khusus politik masyarakat akar rumput di Kota Sorong. Akhirnya wajah-wajah
kandidat Calon
anggota DPRD Kota Sorong mulai
bermunculan, para calon rata-rata pendatang (muka) baru dan incomeben. Hal itu terlihat
dari baliho mereka yang beberapa kali sempat juga muncul di jalan-jalan utama
dan di tiap sudut Kota Sorong, Penulis pun yakin masih banyak calon lain yg di
desas desus dan diisukan akan maju, para kandidat masih akan mungkin bertambah
dan bisa juga ada yang gugur, bila melihat peta politik yang belum bisa
diprediksi secara pasti. Karena itu, bagi yang ingin tahu kandidat resmi pimpinan DPRD dan anggota
DPRD, tampaknya kita perlu bersabar
sejenak sambil menanti proses-proses politik yang berjalan.
Mencermati kontestasi
politik di kota sorong saat ini, nampaknya suara masyarakat suku Maybrat yang
minoritas akan terpecah belah kerena lebih dari satu
calon orang Maybrat yang maju. Saat ini saja politik saling klaim dengan
basis-basis kandidat telah ramai diperebutkan setiap kandidat yang datang di
masyarakat, selalu diatur pencitraannya sebaik mungkin. Karena itu kita pantas
bingung, siapa figur orang Maybrat yang paling merakyat dan mewakili
personifikasi politik orang Maybrat nanti?
Pertanyaan inilah
yang harus dijawab para kandidat dalam pembuktiannya nanti. Primordial di
masyarakat akar rumput (para pengangguran, tukang ojek, tukang parkir, petani,
nelayan, penjual sayur, sopir taksi, buruh bangunan, buruh pelabuhan tenaga
kerja bongkar muat atau buruh pelabuhan, tukang pemecah batu gunung, pekerja
pasir dan lain-lain). masih akan tetap menarik, dan pemilihnya pun tidak
berarti hanya berasal dari suku Maybrat. Banyak sekali di luar orang Maybrat
yang akan tertarik dengan isu tersebut, banyak yang mempersepsikan isu seperti
ini semata-mata primordialisme, tetapi ingat isu promordial juga sesungguhnya adalah
bagian dari representasi kelompok terpinggir yang ingin diakui dalam kontestasi
politik lokal di Kota Sorong.
Bila seorang pemimpin yang berhasil terpilih
maka pekerjaan berikutnya adalah menjaga dan meyakinkan publik yang mulai
membangun Kota Sorong dan menjawabnya dengan komitmen dan tindakan yang
konkrit. problematika pembangunan daerah Kota Sorong lebih pada solusi dan
strategi pembangunan menuju kesejahteraan dan kemajuan dalam hal ini untuk
membangun Kota Sorong menjadi kota yang diinginkan (kota industri, kota jasa
dan kota industri rumahan) untuk mensejahterakan warganya dari semua aspek
penidikan, kesehatan, pemenuhan kebutuhan dasar berupa sandang pangan dan
papan. Hal ini yg harus di prioritaskan dan pembukaan lapangan kerja baru, bagi
masyarakat untuk mengurangi jumlah warga miskin kota. Kawal pemerintahan yang ada
bersama bapak walikota sampai tuntas.
“Kota ini relatif
kecil dan tidak luas (hanya 1.105 kilo meter persegi) di banding kota-kota
lain, dan tidak punya sumber daya apa-apa (SDA). Maka yang dieksploitasi adalah
sektor jasanya,” (Senate) ini adalah
sebuah tantangan sekaligus peluang bagi masyarakat dalam memilih sosok pemimpin
yang benar-benar memiliki visi yang kuat untuk menata pebangunan secara cerdas
dan dedikasi dengan menggunakan asas kebersamaan dengan seluruh komponen
masyarakat Kota Sorong. Mengarahkan pembangunan yang memacu kesejahteraan
hingga ke strata yg lebih baik, ini aset utama pembangunan Kota Sorong. Sumber
daya manusia sebagai andalan pembanunan bagai mana strategi dan pola
pemberdayaan? Apakah benar teori yang mengatakan karena keterbatasan
(kelangkaan sumber daya alam) itu yang mendorong mereka bekerja keras dan
cerdas, kalu teoti itu benar inilah yang sesungguhnya menjelaskan bahwa
masyarakat perlu bijak dalam mengambil pilihan. Apalagi masyarakat Kota Sorong
sangat heterogen dengan berbagai etnisitas seluruh nusantara dan etnisitas
seluruh Papua, aset utama pembangunan yang perlu di berdayakan optimal oleh
setiap pemimpin adalah jadikan masyarakat sebagai agen of defelopmen.
Masyarakat harus di jadikan sebagai subyek pembangunan, masyarakat Kota Sorong
harus di bangun dalam dimensi kualitatif agar produktif mandiri di atas kaki
sendiri dan menjadi subyek pembangunan, bukan sekedar objek pembangunan.
Untuk menjaga
hal ini Pertama, basis
politik masyarakat sebagai alat kontrol sosial harus di rekonstruksi kembali,
memperkuat basis politik masyarakat sehingga masyarakat sadar untuk mengontrol
dan ikut berperan dalam melakukan seleksi politik ditingkat daerah yang menjadi
wilayah pemilihan. Kalau kontrol masyarakat kuat dan cerdas, dengan sendirinya
orang-orang yang bermasalah akan tersingkir karena penentu akhir adalah rakyat
itu sendiri. Sayangnya peran-peran politik rakyat sering ditinggalkan oleh
elit-elit parpol, masyarakat sengaja dijauhkan dari akses politik, dan
dibutuhkan hanya untuk kepentingan mobilisasi massa saja. Sementara proses
pendidikan politik tidak dijalankan dengan semestinya, bahkan tidak jarang
rakyat dijadikan komuditi politik untuk kepentingan sesaat.
Kedua, pendidikan
karakter yang total bagi pemuda. Pemuda adalah lambang kejayaan suatu daerah
dan aset bagi bangsa. tentu benar, belum tentu karena hanya slogan. Pemudah
hanya bermental buruh, pemuda tidak di beri ruang untuk berekspresi dan
terlebih berhenti dengan mental mengemis dan penjilat. Harga diri mereka dijual
belikan karena uang, yang pemuda rindukan adalah perubahan, walau perubahan itu
hanya sebuah harapan dari setiap kita, namun jika itu sulit untuk dilakukan
bersama. Maka biarlah kita pasrah dan terus berada dalam sebuah hegemoni yang
dibangun oleh pemimpin kita yang mengatasnamakan Cinta pemuda namun tetap
menambah daftar panjang penderitaan dan menjadi sebuah kejanggalan yang tak
tersentuh. Pemuda sangat mengharapkan pemimpin yang mengebalikan jati diri
pemuda. Lewat kesadaran itu semua ada di tangan pemimpin yang tidak hanya
memberi ruang bagi pemuda dalam hal mengolah fisik, tetapi tidak mengolah otak.
Ketiga, memberdayakan
masyarakat akar rumput dengan memberi modal usaha dengan binga yang kecil,
meningkatkan dan mengembangkans sektor industri rumahan dan jasa dan membuka
lapangan kerja bagi pengangguran, untuk meningkatkan taraf hidup dan mencapai
kehidupan yang layak.
Bukankah KEKUASAAN
adalah Anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa? karena atas Anugrah Tuhan dan amanat
rakyat, sehingga pemimpin itu ada. Atas dasar ini ketika kita berada di puncak
kepemimpinan kekuasaan maka jangan menjadi pemimpin yang sukses, akan tetapi
jadilah pemimpin yang memberi nilai bagi hidup dan kehidupan. Hidup adalah
menghidupkan kehidupan, wujutkan masyarakat Kota Sorong yang sejahtera
bersahabat dan dinamis, tidak percaya pada ekonomi Liberal yang merugikan
masyarakat kecil yang ada pemerintah perlu menginterfensi pada kemiskinan untuk
mengentaskannya secara intens dan cepat, namun tetap menghargai pluralisme
(menghargai perbedaan) SEMOGA.
(*) Penulis adalah mantan Relawan PSCS Kota Jayapura Papua 2008