Rabu, 04 September 2013

Antara Cinta Dan Cita



Oleh: Robertus nauw

Ikhtiar menapak jalan hidup yang kian menggigit menjadikan saya harus jatuh bangun memperjuangkan satu demi satu realita antara Cita dan Cinta. seperti itu pula saya rasakan ketika kucirpun dipindahkan, Rektor pun mengesahkan surat ketetapan para wisudawan wisudawati di ruang audiotorium RRI Jayapura Akhir November 2009. Jantungku berdetak cepat mendengar keputusan Rektor bersama setumpuk agenda dikepala melintas bak news stiker di metro TV.
Kecintaan pada orang tua, sahabat juga asrama dan rekan-rekan di senat mahasiswa membuatku harus memilih kesekian kalinya.
selepas wisuda ”kamu harus pulang anakku” begitulah kalimat yang seketika melumpuhkan tulang dan sendiku.
Sebab disudut yang lain ada panggilan keras para sahabat untuk bersama mengayuh sebuah kapal tua yang karam di tengah evouria kekuasaan.  Menyuarakan ketidak adilan dan penderitaan rakyat kecil seperti yang sudah kita lewati. Tentu bukan keinginan setiap anak untuk melawan pada orang tua namun amanah sudah terlanjur bertengger di kedua bahuku. tak perlu ibu memastikan rasa sayangku karena sejak mengenal kecintaanmu yang menghadirkanku  ”telah kupahat dengan indah ukiran kencintaan untuk mu ibu”. sebuah kali kecil mengalir dipipi saat kupaksakan kalimat ini harus keluar dari mulutku ”aku harus menunda kepulangan ku?”. aku diam dalam tanya, Disinilah  sayapun menyadari bahwa kecintaanku terhadap orang tua, sahabat dan senat telah memenjarakanku selama ini.