Pembaca yang
budiman, sebelum saya membahas lebih jauh tentang isi dalam buku ini, penulis
tertarik untuk membedah nama buku berdasarkan ispirasi penulis
Jurang: lembah yg dalam dan sempit, serta curam dindingnya; atau kehidupan yg susah; kemelaratan, batas yang memisahkan
Penderitaan berasal dari kata
derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau
menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak
menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Alias sesuatu yg menyusahkan yg ditanggung di hati
(seperti kesengsaraan)
Sehingga
dalam konteks ini penulis terinsirasi untuk memberikan nama pada judu buku “JURANG
PenderitaaN” dalam arti warna jurang
yang penulis beri warna hitam punya arti, penderiaan ini dialami oleh bangsa
papua sebagai orang kulit hitam,
dan
tulisan penderitaan yang penulis beri warna putih artinya, penderitaan ini
rakyat lalui tanpa sungut dan jalani dalam damai, sedangkan senja yang penulis
pilih sebagai perpaduan warna kuning dan orens punya arti, harapan dan kemauan
sebagai masyarakat yang sejahtera, belum sirna karena masyarakat marjinal masih
ingin mencoba bangkit untuk menatah hidup hari esok lebih baik dengan daya dan
upaya yang bisa kita coba.
JUDUL
BUKU:
JURANG
PENDERITAAN
"Rakayat
Papua Hendak Dibawah Ke Mana?"
Penulis:
Robertus Nauw, Penyunting
: Hamasah Putri,
Penerbit: Indie Publishing x + 152 Hlm; 14 x 21 cm,
Cetakan
Pertama, Desember 2013, ISBN: 978-602-281-049-0
Buku
Jurang Penderitaan merupakan Buku kumpulan artikel yang terpisah, namun
tulisannya masih relevan dengan situasi dan kondisi kekinian di kehidupan
kontemporer di masyarakat.
Buku
yang banyak mengabadikan tulisan-tulisan yang menggambarkan setiap momen proses
politik di Provinnsi Papua Barat yang seakan terus memarjinalkan masyarakat
kecil. Dan Pertanyaannya berkisar pada, apa sebenarnya peran mahasiswa dalam
kelompok penekan (pressure group)? Ada rasa syukur karena pada
kesempatan ini pertanyaan tersebut dapat terjawab lewat terbitnya buku
ini.
Buku
ini adalah kumpulan tulisan yang coba ikut memberikan pressure dan
solusi lewat opini yang dibangun melalui media lokal yang ada di Papua dan
Papua Barat, terlebih juga sebagai gerakan moral yang disuarakan melalui sebuah
konsep yang percaya bahwa transformasi tidak mungkin terwujud tanpa adanya
transformasi pribadi.
Buku
ini di bagi dalam 4 BAB, dan per bab membahas 5 topik antra lain:
BAGIAN I
Menyoal Demokrasi Di Provinsi Papua Barat,
Pilgub Papua Barat Dalam Ancaman Sengketa,
Potret Buram Demokrasi di Maybrat,
Menanti Gebrakan Bram-Katjong,
Memilih Pemimpin Yang Memberi Nilai Bagi Hidup dan Kehidupan
BAGIAN II
Menanti
Bara Papua Padam,
Awas Ancaman Koalisi Parpol,
Jalan
Terjal Demokrasi Di Papua,
Masyarakat
Mengharapkan Pers,
Antara
Koruptor Sentimen Politik Di Kota Sorong
BAGIAN III
Pendidikan Merupakan Pintu Gerbang Untuk Keluar Dari Kemiskinan,
Format Ulang Wajah Pendidikan di Papua Barat,
Generasi Papua dalam Tradisi Orang Berilmu,
Mencari Nasionalisme Papua Yang Hilang dan Pelacur Intelektual
BAGIAN IV
Mahasiswa Idealis,
Pers Mahasiswa Adalah Aset Yang Terkubur,
Mahasiswa Sebagai Kekuatan Poliik,
Perempuan dan Kebebasan,
Kritis
Menilai Strategi Koruptor
Harga
bukunya terbilang murah karena hanya dengan Rp. 55.000,- kita bisa mendapatkan
buku ini, hubungi SMS ke 0812
4798 1455
serta
terlepas dari kesempurnaan, buku ini punya kekurangan, pertama banyak
menggunakan bahasa atau dialek Papua yang kemungkinan sulit diadaptasi
oleh pembaca yang berasal dari luar Papua.
Penulis