Senin, 13 Januari 2014

Buku Jurang Penderitaan


Pembaca yang budiman, sebelum saya membahas lebih jauh tentang isi dalam buku ini, penulis tertarik untuk membedah nama buku berdasarkan ispirasi penulis

Jurang:  lembah yg dalam dan sempit, serta curam dindingnya;  atau kehidupan yg susah; kemelaratan, batas yang memisahkan

Penderitaan berasal dari kata derita. Kata derita berasal dari bahasa sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Alias sesuatu yg menyusahkan yg ditanggung di hati (seperti kesengsaraan)

Sehingga dalam konteks ini penulis terinsirasi untuk memberikan nama pada judu buku “JURANG PenderitaaN”  dalam arti warna jurang yang penulis beri warna hitam punya arti, penderiaan ini dialami oleh bangsa papua sebagai orang kulit hitam,

dan tulisan penderitaan yang penulis beri warna putih artinya, penderitaan ini rakyat lalui tanpa sungut dan jalani dalam damai, sedangkan senja yang penulis pilih sebagai perpaduan warna kuning dan orens punya arti, harapan dan kemauan sebagai masyarakat yang sejahtera, belum sirna karena masyarakat marjinal masih ingin mencoba bangkit untuk menatah hidup hari esok lebih baik dengan daya dan upaya yang bisa kita coba.

JUDUL BUKU:
JURANG PENDERITAAN
"Rakayat Papua Hendak Dibawah Ke Mana?"
Penulis: Robertus Nauw, Penyunting : Hamasah Putri,
Penerbit: Indie Publishing x + 152 Hlm; 14 x 21 cm,
Cetakan Pertama, Desember 2013, ISBN: 978-602-281-049-0

Buku Jurang Penderitaan merupakan Buku kumpulan artikel yang terpisah, namun tulisannya masih relevan dengan situasi dan kondisi kekinian di kehidupan kontemporer di masyarakat.

Buku yang banyak mengabadikan tulisan-tulisan yang menggambarkan setiap momen proses politik di Provinnsi Papua Barat yang seakan terus memarjinalkan masyarakat kecil. Dan Pertanyaannya berkisar pada, apa sebenarnya peran mahasiswa dalam kelompok penekan (pressure group)? Ada rasa syukur karena pada kesempatan ini pertanyaan tersebut dapat terjawab lewat  terbitnya buku ini.

Buku ini adalah kumpulan tulisan yang coba ikut memberikan pressure dan solusi lewat opini yang dibangun melalui media lokal yang ada di Papua dan Papua Barat, terlebih juga sebagai gerakan moral yang disuarakan melalui sebuah konsep yang percaya bahwa transformasi tidak mungkin terwujud tanpa adanya transformasi pribadi.

Buku ini di bagi dalam 4 BAB, dan per bab membahas 5 topik antra lain:

BAGIAN I
Menyoal Demokrasi Di Provinsi Papua Barat,
Pilgub Papua Barat Dalam Ancaman Sengketa,
Potret Buram Demokrasi di Maybrat,
Menanti Gebrakan Bram-Katjong,
Memilih Pemimpin Yang Memberi Nilai Bagi Hidup dan Kehidupan

BAGIAN  II
Menanti Bara Papua Padam,
 Awas Ancaman Koalisi Parpol,
Jalan Terjal Demokrasi Di Papua,
Masyarakat Mengharapkan Pers,
Antara Koruptor Sentimen Politik Di Kota Sorong

BAGIAN III
Pendidikan Merupakan Pintu Gerbang Untuk Keluar Dari Kemiskinan,
Format Ulang Wajah Pendidikan di Papua Barat,
Generasi Papua dalam Tradisi Orang Berilmu,
Mencari Nasionalisme Papua Yang Hilang dan Pelacur Intelektual

BAGIAN  IV
Mahasiswa Idealis,
Pers Mahasiswa Adalah Aset Yang Terkubur,
Mahasiswa Sebagai Kekuatan Poliik,
Perempuan dan Kebebasan,
Kritis Menilai Strategi Koruptor  

Harga bukunya terbilang murah karena hanya dengan Rp. 55.000,- kita bisa mendapatkan buku ini, hubungi SMS ke  0812  4798 1455

serta terlepas dari kesempurnaan, buku ini punya kekurangan, pertama banyak menggunakan bahasa atau dialek Papua yang kemungkinan sulit diadaptasi oleh pembaca yang berasal dari luar Papua.


 Penulis