Minggu, 09 Agustus 2015

MENULIS PUISI SATU SISI

siapa yang tak hanyut melihat guguran daun
ketika angin mempermainkannya di udara terbuka
lihat peristiwa alam ini memberi aku ketenangan dalam berpikir
lalu pikiran pun membawa aku bermeditasi dalam diri
bawa ke dalam kondisi tenang, melarutkan aku dalam suasana yang nyaman
dan penuh ke dalam kedamaian. Bayangkanlah sebuah rumah penuh kedamaian,rumah yang nyaman, rumah impian. yang mampu lelapkan diri ku ke sebuah lamunan yang membawa kita merasa terlena dan sangat nyaman.
seakan guguran daun ketika angin mempermainkannya di udara terbuka, itulah energi alam akan menyatu dan berputar dalam keseluruhan tubuh. diiringi lantunan musik yang indah nan syahdu, di ujung bukit
aku merasa, suasana alam pikiran tanpa batas telah menyambut hadirnya diriku,
pikiran bawah sadarkupun memeluk erat dalam kunjunganku ke negeri mereka walau hanya untuk sejenak, aku damai berharap untuk tidak mudah terbangun dan kembali ke alam sadar
wahai jiwaku tetaplah tersenyum, tetaplah bahagia karena aku dirindukan buah hatiku, sehingga hal-hal yang tak sanggup ku pikirkan memang bukan untuk dipikirkan, Tuhan yang maha besar hadir di batinku, memberi rasa nyaman memberi rasa bahagia, jika dihantam badai kehidupan yang kelam, dipermainkan oleh dalang dalam kisah yang pilu, semoga adanya aku seperti guguran daun
ketika angin mempermainkannya di udara terbuka dan mati di makan tanah
namun kelak menjadi humus yang subur bagi kehidupan, ini bukan soal harga diri ini secerca harapan akan refleksi rumah idaman yang dikorbankan, ibarat sebuah gema tanpa sahutan mengendap di kedalaman waktu
adakah kau dengar guguran daun saat angin menghantam alam raya, entah kupu-kupu terbang kemana!! langit gelap dan hitam sebentar lagi jam kehilangan bunyi, di tepi waktu, apapun yang terjadi, jiwaku tetap nantikan hal yang serba mungkin (sebuah catatan tentang menghayati,salam rindu dari bawa kaki bukit)