"Orang-orang yang berhasil di dunia ini adalah orang-orang yang bangkit dan mencari keadaan yang mereka inginkan, dan jika tak menemukannya, mereka akan membuatnya sendiri" - George Bernard Shaw
Sebuah kata bijak yang menurut penulis merefleksikan hidup rakyat marjinal di papua dalam menjalani dan mempertahankan hidup dalam kehidupan ini, yang tidak mendapat keadilan dan diskriminasi hampir di semua aspek dan masyarakat marjinalnya di massa paling moderen ini rakyat marjinalnya masih tetap hidup dalam sebuah massa yang memprihatinkan alasan sederhana dalam hal bertahan hidup lebih memilih di hutan, menebang hutan untuk bercocok tanam, mengumpulkan bahan makanan dengan cara secara nomaden masih lebih etis ketimbang hidup di kota mengharapkan belas kasihan pemimpinya untuk hidup. Diskriminasi ini cukub merata dalam banyak aspek sebut saja misalnya, dalam pendidikan pun banyak anak-anak dari rakyat kurang mampu yang terlantar (putus sekolah) kalau pun masih bersekolah tetap saja di bawah tanggungan orang tua. Artinya ribuan anak asli papua yang sampai detik ini tidak perna mendapat bantuan biaya pendidikan dari pemerintah, jangankan setiap tahun semesterpun kadang tidak sama sekali. Sungguh sangat ironis, kalau boleh pinjam pepatah “itik mati kehausan di tengah air” demikian rakyat papua mengharapkan setitik embun kesejahteraan ditengan orde atau massa paling kaya ini (otsus).
Dalam paradigma "lama" (dalam arti yang paling banyak atau dominan), untuk menjadi sukses orang harus dikuasai oleh "roh memiliki." Bila Anda ingin berhasil dalam mendapatkan pekerjaan dan kehidupa yang layak, Anda "harus" memiliki kedekatan khusus dengan sistem. Tanpa "roh memiliki" Anda "tidak mungkin" mendapatkan pekerjaan yang kita inginkan, atau mendapat apapun yang kita inginkan, ini sudah menjadi budaya baru bagi kita sesama rakyat papua yakni harus punya orang dalam. Akibatnya, "roh memiliki" sangat kuat mengakar dalam budaya kita rakyat papua. Tanpa memiliki hal-hal tersebut, orang kehilangan keyakinannya untuk berhasil dalam kehidupan. Dan orang yang kehilangan keyakinan, pada hemat saya, telah kehilangan jati dirinya sendiri. Ia menjadi kelompok marginal, yang dipandang sebelah mata dan tidak diperlakukan sebagai manusia. "Roh memiliki" telah menyesatkan banyak orang. Terutama orang kaya baru di dua provinsi yang paling timur ini.
Paradigma "baru" yang saya coba tawarkan menolak tegas hal tersebut. Untuk berhasil mencapai keinginannya, orang tidak harus memiliki lebih dulu. Punya orang dalam, tanpa uang sogok, orang masih dimungkinkan untuk berhasil. Yang diperlukan adalah membangkitkan "roh keberhasilan" dalam diri kita. "Roh keberhasilan" ini bersumber pada realitas kebenaran, fakta, dan sejarah manusia itu sendiri. Orang-orang yang berhasil ternyata meraih keberhasilannya lewat sebuah proses belajar yang tidak dikuasai oleh "roh memiliki". Lewat proses tersebut ia bertemu dengan "roh keberhasilan" sehingga mampu mendefinisikan makna sukses bagi dirinya. Dan dengan membangkitkan "roh keberhasilan" itu ia membuat keputusan-keputusan dan komitmen untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan keyakinannya sendiri yang, kadang kala, berbeda bahkan bertentangan dengan pandangan umum.
Jikalau kita masih dikuasai oleh "roh memiliki", apakah kita punya tekad untuk membebaskan diri dari belenggu itu dan membangkitkan "roh keberhasilan"? maka semua kita harus sepakat untuk membersihkan pejabat public yang KKN seperti yang diungkapkan oleh Lamadi De Lamato, dalam bukunya “Obat Demokrasi Papua” menyangkut kebuntuan Otsus. Disebutkan bahwa, bagi sebagian kalangan menyelesaikan amburadulnya atau tersumbatnya Otsus adalah dengan membersihkan pejabat public yang melakukan tindakan korupsi.
Rakyat papua sudah dewasa belajar pada realita
Semua realita yang memilukan hati, terutama yang saat ini marak didiskusikan, Sebut saja polemik pro kontra kehadiran UP4B sebuah program pemerintah pusat yang akan Mengawal Program Pembangunan di Papua dan Papua Barat, yang diketuai, Jenderal Bambang Dharmono. Yang mana program Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) berfungsi mengawal semua program-program percepatan pembangunan yang akan dilakukan di Papua dan Papua Barat dalam rangka kesejahteraan ekonomi rakyat, sehingga seluruh aktifitas maupun kegiatan diarahkan agar proses percepatan pembangunan itu bisa dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Menyoal adanya pro kontra soal kehadiran UP4B, sebagai sesuatu yang wajar-wajar saja bagi bangsa ini. semoga itu tiak mempengaruhi ideologi dan SPIRIT PEMBEBASAN BAGI RAKYAT PAPUA......(Bersambung)