Kamis, 18 Juli 2013

MENYOAL DEMOKRASI DI PROVINSI PAPUA BARAT


Oleh: Robertus Nauw

“Demokradi merupakan sebuah mekanisme yang memberikan ruang kepada rakyat, untuk menyeleksi pemimpin dan ini merupaka kesempatan bermakna bagi rakyat untuk menerima dan menolak seseorang yang akan memerintah mereka.” Shcumpeter  (M Riaas Rasyit, 2005,94)
Barangkali pernyataan di atas benar adanya, bahwa peran (partisipasi) masyarakat sangat penting dalam menentukan masa depan demokrasi, lebih khusus demokrasi di Papua Barat. Bila jalan yang dipilih selama ini adalah masyarakat muda dihasut dengan politik uang (money politik) dan politk tawar menawar (bargaining politik) yang digunakan para elit dengan agenda terselubungnya yakni membuat masyarakat miskin semakin marjinal dan tidak berdaya. Pernyataan-peryataan di atas tidak ujug timbul begitu saja, melainkan punya penyebab atau akar masalah yakni gejolak politik yang pendek kata Abunawas Tinggi alias “Abuti” yang telah dan sedang terjadi belakangan ini. Yang dipertontonkan wajah-wajah asli para elit  yang memiluhkan hati setiap rakyat di Papua Barat.
Sebagaimana diketahui baru-baru ini, publik Papua Barat dikejutkan dengan berbagai peristiwa besar yang menghabiskan anggaran negara dengan jumlah besar, untuk memfasilitasi penyelenggaraan pemilihan umum Gubernur Provinsi Papua Barat, yang sarat dengan  tindakan penyalah gunaan kekuasaan dan keuangan oleh pemimpin kita yakni semua para calon gubernur dan wakil guberur untuk merebut kekuasaan sebagai orang nomor satu di provinsi ini. Tidak terbatas pada penyelenggaraan Pemilihan Umum Gubernur Provinsi Papua Barat (Pilgub) Jilid I dan Jilid II saja namun juga, aroma kebencian dan perpecahan ditingkat Ekskutif dan Legislaif tidak terbatas hanya di provinsi, namun sampai juga ke daerah-daerah di wilayah Provinsi Papua Barat seperti sengketa  Pilkada Kabupaten Tamrau, dan sengketa Pilkada Kabupaten Maybrat bulan lalu. Mungkin saja tidak bisa dihindari oleh Kabupaten Sorong dan Kota Sorong yang telah dan sedang menebar aroma kebencian sampai ke tingkat akar rumput dalam Pilkada 2012 nanti. Hal ini mengingatkan kita jika tidak di atasi dengan baik bukan tidak mungkin pilkada di dua daerah ini sama buruknya seperti provinsi dan daerah yang lain.