Pembaca setia yang budiman, dalam
tulisan kali ini penulis mengangkat isu hangat yang menggemparkan seantero
tanah maybrat secara khusus dan kota dan kabupaten sorong secara umum, yakni
wacana pelantikan raja dan ratu di kalangan masyarakat adat maybrat belum lama
ini,
Salah satu isu yang
menggemparkan masyarakat maybrat adalah pelantikan raja isir, dari kalangan
raja isir smu yang dikokohkan yakni Raja Agus
Isir, sebuah penobatan yang kemudian menhadirkan pro dan kontra di
kalangan masyarakat khususnya keluarga raja isir alm simon isir di jitmau dan
keluarga raja agus isir di smu, yang kemudian menjelma menjadi ba liar di media
massa. Dan sempat hangat untuk dikonsumsi.
Kegaduhan ini sempat membuat kepala
suku besar maybrat di kota dan kabupaten sorong, Bpk Yahya Solosa angkat
bicara, disalah satu Koran lokal dan siaran on air RRI Sorong, kepala suku
besar ini dengan semangat yang menggebu-gebu memberikan keterangan, bahwa raja
di kalangan maybrat itu bangsawan dan memiliki mes bobot bukan mes kinyah dan lain
sebagainya, yang tak kala penting adalah harta atau warisan yang menjadi
pegangan raja dan keluarga raja, turun temurun.
Hal inilah yang menjadi awal dan
asal muasal dari lahirnya kritik budaya ini, yakni budaya raja di zaman paling
modern ini,Jika
dilihat dan dikaji dari sisi rohani murni, disatu sisi penulis sangat sepakat
dengan Injil yang menjadi kekuatan dari manusia saat ini
Dimana
dalam ulangan telah disampaikan,
“Ketika
sang mahatinggi membagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia
memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa
menurut bilangan anak-anak Israel.” (Ulangan 32 : 8)
Itu sebabnya akhir zaman ini, semua
suku bangsa telah dan sedang berjalan menuju satu Tuhan, Tuhan semesta alam
adalah Allah Israel, demi menghindari pembantaian kebangsaan di gunung Sion
Yerusalem Israel, sebab mereka adalah orang israel,mereka telah di angkat
menjadi anak,dan mereka telah menerima kemuliaan,dan perjanjian,dan hukum
taurat,dan janji-janji.mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur,yang
menurunkan mesias dalam keadaan-NYA sebagai manusia,yang ada diatas segala
sesuatu.Ia adalah yang harus di puji sampai selama-lamanya.Amin ! (Roma 9:4-5)
Itu sebabnya papua harus tetap ikut
firman, jika tidak dan kondisi ini terus dibiarkan, maka kemusnahan bangsa
Papua tinggal menunggu waktu, menurut orang fasik akan datang.
tu sebabnya, Rakyat Papua maybrat,
harus kembali ke jalan kebenaran yang dijarkan oleh Kristus. Manusia adalah
makhluk Tuhan yang dibekali akal, jiwa, dan raga. Akal digunakan untuk
memahami, berpikir, dan melakukan sintesis atas gajala dan informasi yang
dirasakan oleh raganya. Sementara jiwa, merupakan entitas yang juga digunakan
untuk mengolah, namun dengan cara memahami, merasa, dan merespon gejala-gejala
yang dirasa oleh raga, menjadi sebuah perasaan jiwa.
karena kemarahan rakyat hari ini
adalah murni korban penghasutan. Yang kemudian menyebabkan kekeliruan dalam
konstruksi berpikir bahkan kondisi chaos di masyarakat dan rakyat pula yang
menjadi korban. Kalim raja dan prosesi pelantikan yang berlangsung hari ini,
memberi kita gambaran kalau pelanikn raja hari ini murni lahir karena runtutan
penatikan raja di isir smu, yang kemudian gulir menjadi bola salju.
Tujuan kita mengikut Tuhan
bertahun-tahun itu untuk apa, kita tidak tahu, namun ketika kita berdiri dalam
satu panggilan dengan bangsa kudus, dan memberkati Israel sepanjang hari hidup,
maka roh kita akan kuat dan kita mengenal identitas TUHAN yang benar, lalu bagaimana mungkin kita kembali kepada
satu kehidupan budaya yang tidak menghargai harkat dan martabat manusia, budaya
yang menggolongkan manusi.
Ke dalam golongan kelas yakni orang
kecil dan orang bsar, dara bobot dan dara kinyah, anak rumput dan anak kandung,
baaimana mungkin kita kembali ke kehidpan tuan dan budak, padahal TUHAN Yesus
datang untuk membawa pembebasan, melepaskan kita sebagai orang-orang yang tidak
berhutang.
REALITAS
KEKINIAN
Tokoh
raja isir msu, Agus isir menurut saya memainkan peran yang tak kalah pentingnya,
dari lahirnya ratu isir di kampong isir jitmau, menunjukan bahwa agus isir
ingin membuktikan bahwa semua manusia di dunia ini dan di bumi maybrat sama.
Artinya di kalngan adat maybrat seperti pernyataan para tokoh turunan agus isir
bukan apa-apa tapi, toh ia mampu mendorong semua elemen untuk bergerak
mengukuhkannya menjadi raja.
Tidak
peduli apakah dia itu orang berada atau bukan, pria atau wanita, tuan atau
budak, mes kinyah atau mes bobot; akhirnya semuanya mempunyai hak yang sama di
dunia ini. Di tanah maybrat ini Tidak ada alasan untuk memandang seseorang
dengan sebelah mata.
BERKACA PADA MASSA LALU
Pertikaian dan perang safat di
maybrat ini mengingatkan penulis pada buku Bumi Manusia, kalrangan
Pramodeya Ananta Toer, menggambarkan bagaimana seorang nyai yang dianggap
bernilai rendah kesusilaannya dan selalu menjadi bahan pergunjingan banyak
orang ternyata mempunyai kualitas diri yang lebih baik dari semua wanita
pribumi terpelajar dan terhormat pada saat itu. Bahkan, jika nyai yang satu ini
dibandingkan dengan para wanita Eropa totok, ia masih jauh lebih baik.
Tokoh Minke juga merealisasikan
keinginan Pram untuk menyamaratakan kedudukan semua manusia tanpa pandang bulu.
Minke yang berdarah biru malah berpendapat bahwa kebangsawanan hanyalah warisan
masa lalu yang hanya bisa merendahkan orang lain.
Pada masa itu status kebangsawanan seseorang sangatlah
penting dan dijunjung tinggi. Tidak heran jika ada banyak bangsawan yang tidak
segan-segan memanfaatkan kebangsawanannya untuk kepentingan pribadi. Biasanya,
anak seorang bangsawan kelak ketika dewasa secara otomatis akan mendapatkan
jabatan penting di daerah tertentu. Minke tidaklah demikian. Ia tidak ingin
hidup bergantung pada jabatan dan kebangsawanan orang tuanya.
“Kau punya pergaulan bebas dengan Belanda. Ayahandamu
tidak. Kau pasti jadi bupati kelak.” “Tidak, Bunda, sahaya tidak ingin. Sahaya
hanya ingin jadi manusia bebas, tidak diperintah, tidak memerintah, Bunda.
Kepriyayian bukan duniaku.” (Toer, 2005: 186 dan 190)
Kita juga dapat melihat bahwa budaya
korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) sudah ada sejak dahulu. Nepotisme terlihat
jelas dalam Bumi Manusia. Minke yang anak seorang bupati sudah
digariskan akan menjadi bupati juga oleh ayahnya. Pram juga menggambarkan kondisi
pemerintahan kita pada saat itu. Ternyata KKN sudah mengakar kuat pada bangsa
kita sejak zaman dahulu.
Dalam kutipan sejarah buku bumi manusia ini dilain
sisi, menggambarkan pada kita di maybrat juga untuk harus menolak itu. Massa kita belajar ilmu dan pengetahuan tinggi,
belajar injil dalam firman TUHAN habis, lalu akhirnya kelak toh harus
merangkak, beringsut seperti keong dan menyembah seorang raja atau ratu keil
yang barangkali buta huruf pula?
Kita kembali ke zaman nenek moyang, yang menciptakan adat
yang menghina martabat turunan manusia, begini macam, Mengapa kau sampai hati
mewariskan adat semacam ini, dan kembali dibanggakan dan dilestarikan oleh
generasi saat ini.
Tak hanya harus merendahkan diri, orang-orang yang berstatus
lebih rendah biasanya harus menuruti segala keinginan orang-orang yang
berstatus lebih tinggi dan membuat mereka senang.
Tidak hanya dalam instansi, dalam sistem kekeluargaan pun
mereka harus mau tunduk dan patuh terhadap apa pun yang telah diputuskan oleh
orang-orang yang dituakan dalam keluarga itu. Biasanya, mereka menganggapnya
sebagai keputusan terbaik. Walaupun demikian, keputusan itu bisa saja dibuat
oleh yang dituakan untuk kepentingan pribadinya.
Penutup
Tidak semua kemenangan harus
ditandai dengan tercapainya sebuah cita-cita. Sebuah perjuangan tidak hanya
dilihat dari hasilnya, tapi juga dari prosesnya. Para raja dan ratu telah
menang dalam kekalahan. Mereka telah mengupayakan semua yang terbaik dari diri
mereka walaupun pada akhirnya tujuan mereka tercapai juga, bahkan ada yang
belum tercapai juga.
Kesimpulan
Pada dasarnya,Kita jangan mengangkat
ketidakadilan yang dialami oleh orang-orang tertentu, Salah satu caranya adalah
dengan menggambarkan pelanggaran hak-hak maupun pendiskreditan keberadaan
mereka.
Padahal semua orang mempunyai hak yang sama dan orang lain
harus menghormati hak-hak tersebut tanpa melihat status, jabatan, suku, bangsa,
maupun jenis kelaminnya. Dengan kata lain, semua orang di dunia ini sama dan
tidak ada apa pun yang dapat membedakan mereka.
"Kalau hati dan pikiran manusia sudah tak mampu
mencapai lagi, bukankah hanya pada Tuhan juga orang berseru, kalau Kau pribumi
terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin
mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan
bahasa yang mereka tahu. Dan kita Mendapat upah karena menyenangkan orang lain
yang tidak punya persangkutan dengan kata hati sendiri, kan itu dalam seni
namanya pelacuran.
Namun pada akhirnya, Kita semua
harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia
yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia juga bisa membikin
kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan
baru, maka “kemajuan” sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus
umat manusia.
Apakah kita harus sembunyi di balik
firman, sedangkan disisi lain firman juga menolak hal itu. Kita hanya butuh hikmat, tuk menilai hal ini.
Tetap semangat, dan keluar dari golongan kelas, AGAR kita aman lupakan itu dan
menatap hari esok, dengan melihat ke depan bersama injil
“Marilah kita menannyakan jalan ke
Sion, ke sanalah kita terarah “Marilah kita menggabungkan diri kepada TUHAN,
bergabung dalam suatu perjanjian kekal dengan Israel yang tidak dapat
dilupakan” ! [Yeremia 50:5] dan mari kita berfikir "Kemana suku-suku
bersiarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai
dengan peraturan bagi Israel." Mazmur 122:4.
Amin Roh Ku Pun Berkata_Amin Sabda-Mu Benar.
Robertus Nauw pegiat media; kolomnis;