Selasa, 14 Januari 2014

Sebuah Kritik Budaya Atas Kehidupan Kelas Raja Dan Ratu Di Maybrat









 Pembaca setia yang budiman, dalam tulisan kali ini penulis mengangkat isu hangat yang menggemparkan seantero tanah maybrat secara khusus dan kota dan kabupaten sorong secara umum, yakni wacana pelantikan raja dan ratu di kalangan masyarakat adat maybrat belum lama ini, 

 Salah satu isu yang menggemparkan masyarakat maybrat adalah pelantikan raja isir, dari kalangan raja isir smu yang dikokohkan yakni Raja Agus  Isir, sebuah penobatan yang kemudian menhadirkan pro dan kontra di kalangan masyarakat khususnya keluarga raja isir alm simon isir di jitmau dan keluarga raja agus isir di smu, yang kemudian menjelma menjadi ba liar di media massa. Dan sempat hangat untuk dikonsumsi. 

            Kegaduhan ini sempat membuat kepala suku besar maybrat di kota dan kabupaten sorong, Bpk Yahya Solosa angkat bicara, disalah satu Koran lokal dan siaran on air RRI Sorong, kepala suku besar ini dengan semangat yang menggebu-gebu memberikan keterangan, bahwa raja di kalangan maybrat itu bangsawan dan memiliki mes bobot bukan mes kinyah dan lain sebagainya, yang tak kala penting adalah harta atau warisan yang menjadi pegangan raja dan keluarga raja, turun temurun.

Hal inilah yang menjadi awal dan asal muasal dari lahirnya kritik budaya ini, yakni budaya raja di zaman paling modern ini,Jika dilihat dan dikaji dari sisi rohani murni, disatu sisi penulis sangat sepakat dengan Injil yang menjadi kekuatan dari manusia saat ini
Dimana dalam ulangan telah disampaikan,

“Ketika sang mahatinggi membagikan milik pusaka kepada bangsa-bangsa, ketika Ia memisah-misah anak-anak manusia, maka Ia menetapkan wilayah bangsa-bangsa menurut bilangan anak-anak Israel.” (Ulangan 32 : 8)

Itu sebabnya akhir zaman ini, semua suku bangsa telah dan sedang berjalan menuju satu Tuhan, Tuhan semesta alam adalah Allah Israel, demi menghindari pembantaian kebangsaan di gunung Sion Yerusalem Israel, sebab mereka adalah orang israel,mereka telah di angkat menjadi anak,dan mereka telah menerima kemuliaan,dan perjanjian,dan hukum taurat,dan janji-janji.mereka adalah keturunan bapa-bapa leluhur,yang menurunkan mesias dalam keadaan-NYA sebagai manusia,yang ada diatas segala sesuatu.Ia adalah yang harus di puji sampai selama-lamanya.Amin ! (Roma 9:4-5)

Itu sebabnya papua harus tetap ikut firman, jika tidak dan kondisi ini terus dibiarkan, maka kemusnahan bangsa Papua tinggal menunggu waktu, menurut orang fasik akan datang.
            tu sebabnya, Rakyat Papua maybrat, harus kembali ke jalan kebenaran yang dijarkan oleh Kristus. Manusia adalah makhluk Tuhan yang dibekali akal, jiwa, dan raga. Akal digunakan untuk memahami, berpikir, dan melakukan sintesis atas gajala dan informasi yang dirasakan oleh raganya. Sementara jiwa, merupakan entitas yang juga digunakan untuk mengolah, namun dengan cara memahami, merasa, dan merespon gejala-gejala yang dirasa oleh raga, menjadi sebuah perasaan jiwa.

karena kemarahan rakyat hari ini adalah murni korban penghasutan. Yang kemudian menyebabkan kekeliruan dalam konstruksi berpikir bahkan kondisi chaos di masyarakat dan rakyat pula yang menjadi korban. Kalim raja dan prosesi pelantikan yang berlangsung hari ini, memberi kita gambaran kalau pelanikn raja hari ini murni lahir karena runtutan penatikan raja di isir smu, yang kemudian gulir menjadi bola salju.

Tujuan kita mengikut Tuhan bertahun-tahun itu untuk apa, kita tidak tahu, namun ketika kita berdiri dalam satu panggilan dengan bangsa kudus, dan memberkati Israel sepanjang hari hidup, maka roh kita akan kuat dan kita mengenal identitas TUHAN yang benar,  lalu bagaimana mungkin kita kembali kepada satu kehidupan budaya yang tidak menghargai harkat dan martabat manusia, budaya yang menggolongkan manusi.

Ke dalam golongan kelas yakni orang kecil dan orang bsar, dara bobot dan dara kinyah, anak rumput dan anak kandung, baaimana mungkin kita kembali ke kehidpan tuan dan budak, padahal TUHAN Yesus datang untuk membawa pembebasan, melepaskan kita sebagai orang-orang yang tidak berhutang.

REALITAS KEKINIAN
Tokoh raja isir msu, Agus isir menurut saya memainkan peran yang tak kalah pentingnya, dari lahirnya ratu isir di kampong isir jitmau, menunjukan bahwa agus isir ingin membuktikan bahwa semua manusia di dunia ini dan di bumi maybrat sama. Artinya di kalngan adat maybrat seperti pernyataan para tokoh turunan agus isir bukan apa-apa tapi, toh ia mampu mendorong semua elemen untuk bergerak mengukuhkannya menjadi raja. 

Tidak peduli apakah dia itu orang berada atau bukan, pria atau wanita, tuan atau budak, mes kinyah atau mes bobot; akhirnya semuanya mempunyai hak yang sama di dunia ini. Di tanah maybrat ini Tidak ada alasan untuk memandang seseorang dengan sebelah mata.

BERKACA PADA MASSA LALU
Pertikaian dan perang safat di maybrat ini mengingatkan penulis pada buku Bumi Manusia, kalrangan Pramodeya Ananta Toer, menggambarkan bagaimana seorang nyai yang dianggap bernilai rendah kesusilaannya dan selalu menjadi bahan pergunjingan banyak orang ternyata mempunyai kualitas diri yang lebih baik dari semua wanita pribumi terpelajar dan terhormat pada saat itu. Bahkan, jika nyai yang satu ini dibandingkan dengan para wanita Eropa totok, ia masih jauh lebih baik.

Tokoh Minke juga merealisasikan keinginan Pram untuk menyamaratakan kedudukan semua manusia tanpa pandang bulu. Minke yang berdarah biru malah berpendapat bahwa kebangsawanan hanyalah warisan masa lalu yang hanya bisa merendahkan orang lain.

Pada masa itu status kebangsawanan seseorang sangatlah penting dan dijunjung tinggi. Tidak heran jika ada banyak bangsawan yang tidak segan-segan memanfaatkan kebangsawanannya untuk kepentingan pribadi. Biasanya, anak seorang bangsawan kelak ketika dewasa secara otomatis akan mendapatkan jabatan penting di daerah tertentu. Minke tidaklah demikian. Ia tidak ingin hidup bergantung pada jabatan dan kebangsawanan orang tuanya.

 “Kau punya pergaulan bebas dengan Belanda. Ayahandamu tidak. Kau pasti jadi bupati kelak.” “Tidak, Bunda, sahaya tidak ingin. Sahaya hanya ingin jadi manusia bebas, tidak diperintah, tidak memerintah, Bunda. Kepriyayian bukan duniaku.” (Toer, 2005: 186 dan 190)

            Kita juga dapat melihat bahwa budaya korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) sudah ada sejak dahulu. Nepotisme terlihat jelas dalam Bumi Manusia. Minke yang anak seorang bupati sudah digariskan akan menjadi bupati juga oleh ayahnya. Pram juga menggambarkan kondisi pemerintahan kita pada saat itu. Ternyata KKN sudah mengakar kuat pada bangsa kita sejak zaman dahulu.

 Dalam kutipan sejarah buku bumi manusia ini dilain sisi, menggambarkan pada kita di maybrat juga untuk harus menolak itu.  Massa kita belajar ilmu dan pengetahuan tinggi, belajar injil dalam firman TUHAN habis, lalu akhirnya kelak toh harus merangkak, beringsut seperti keong dan menyembah seorang raja atau ratu keil yang barangkali buta huruf pula?

Kita kembali ke zaman nenek moyang, yang menciptakan adat yang menghina martabat turunan manusia, begini macam, Mengapa kau sampai hati mewariskan adat semacam ini, dan kembali dibanggakan dan dilestarikan oleh generasi saat ini. 

Tak hanya harus merendahkan diri, orang-orang yang berstatus lebih rendah biasanya harus menuruti segala keinginan orang-orang yang berstatus lebih tinggi dan membuat mereka senang. 

Tidak hanya dalam instansi, dalam sistem kekeluargaan pun mereka harus mau tunduk dan patuh terhadap apa pun yang telah diputuskan oleh orang-orang yang dituakan dalam keluarga itu. Biasanya, mereka menganggapnya sebagai keputusan terbaik. Walaupun demikian, keputusan itu bisa saja dibuat oleh yang dituakan untuk kepentingan pribadinya.

Penutup
Tidak semua kemenangan harus ditandai dengan tercapainya sebuah cita-cita. Sebuah perjuangan tidak hanya dilihat dari hasilnya, tapi juga dari prosesnya. Para raja dan ratu telah menang dalam kekalahan. Mereka telah mengupayakan semua yang terbaik dari diri mereka walaupun pada akhirnya tujuan mereka tercapai juga, bahkan ada yang belum tercapai juga. 

Kesimpulan
Pada dasarnya,Kita jangan mengangkat ketidakadilan yang dialami oleh orang-orang tertentu, Salah satu caranya adalah dengan menggambarkan pelanggaran hak-hak maupun pendiskreditan keberadaan mereka.
Padahal semua orang mempunyai hak yang sama dan orang lain harus menghormati hak-hak tersebut tanpa melihat status, jabatan, suku, bangsa, maupun jenis kelaminnya. Dengan kata lain, semua orang di dunia ini sama dan tidak ada apa pun yang dapat membedakan mereka.

"Kalau hati dan pikiran manusia sudah tak mampu mencapai lagi, bukankah hanya pada Tuhan juga orang berseru, kalau Kau pribumi terpelajar! Kalau mereka itu, pribumi itu, tidak terpelajar, kau harus bikin mereka jadi terpelajar. Kau harus, harus, harus bicara pada mereka, dengan bahasa yang mereka tahu. Dan kita Mendapat upah karena menyenangkan orang lain yang tidak punya persangkutan dengan kata hati sendiri, kan itu dalam seni namanya pelacuran.

Namun pada akhirnya, Kita semua harus menerima kenyataan, tapi menerima kenyataan saja adalah pekerjaan manusia yang tak mampu lagi berkembang. Karena manusia juga bisa membikin kenyataan-kenyataan baru. Kalau tak ada orang mau membikin kenyataan-kenyataan baru, maka “kemajuan” sebagai kata dan makna sepatutnya dihapuskan dari kamus umat manusia.

Apakah kita harus sembunyi di balik firman, sedangkan disisi lain firman juga menolak hal itu.  Kita hanya butuh hikmat, tuk menilai hal ini. Tetap semangat, dan keluar dari golongan kelas, AGAR kita aman lupakan itu dan menatap hari esok, dengan melihat ke depan bersama injil 

“Marilah kita menannyakan jalan ke Sion, ke sanalah kita terarah “Marilah kita menggabungkan diri kepada TUHAN, bergabung dalam suatu perjanjian kekal dengan Israel yang tidak dapat dilupakan” ! [Yeremia 50:5] dan mari kita berfikir "Kemana suku-suku bersiarah, yakni suku-suku TUHAN, untuk bersyukur kepada nama TUHAN sesuai dengan peraturan bagi Israel." Mazmur 122:4. Amin Roh Ku Pun Berkata_Amin Sabda-Mu Benar. 


 Robertus Nauw pegiat media; kolomnis;